FKY 2023 Ditutup, Dorong Penyelamatan Kearifan Lokal

FKY 2023 Ditutup, Dorong Penyelamatan Kearifan Lokal
Salah satu program dalam FKY 2023. (dokumentasi koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023, yang telah berlangsung sejak 24 September, ditutup dengan menekankan pentingnya penyelamatan kearifan lokal di Kulonprogo. Acara penutupan dilaksanakan di Stadion Kridosono pada Minggu (15/10/2023).

Salah satu program dalam FKY tahun ini adalah upaya penyelamatan kearifan budaya masyarakat di Desa Kulonprogo melalui program “Sowan – Menyurat yang Silam”. Program ini berlangsung dari 1 September hingga 15 Oktober 2023 dan telah berhasil menciptakan kamus kecil glosarium yang berisi istilah lokal Kulonprogo yang mulai lenyap karena dampak modernisasi.

“Melalui Sowan – Menyurat yang Silam, kami berusaha untuk mengabadikan istilah-istilah unik dari budaya kami yang telah terabaikan. Ini adalah langkah penting dalam melestarikan identitas kami sebagai masyarakat Kulonprogo,” kata Budi Santoso, seorang peserta aktif dalam program tersebut.

Selain itu, program “Searah Rasa” yang berlangsung selama beberapa hari dalam festival ini telah berusaha mendalami isu-isu terkait pangan di Yogyakarta dengan cara yang santai namun serius.

Melalui program ini, peserta dapat menjelajahi dan memahami jejak pangan melalui lumbung pangan Kulonprogo. Program ini membahas beragam topik, termasuk gastronomi, pertanian, perkebunan, dan aspek lain yang berhubungan dengan ketahanan pangan.

Ketua FKY, Basundara Murba Anggana, menggarisbawahi bahwa festival ini tidak hanya tentang perayaan seni dan budaya, tetapi juga menjadi alat untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya melestarikan kearifan lokal.

“Modernisasi dan perkembangan yang cepat tidak boleh mengorbankan kekayaan budaya dan tradisi yang sudah ada selama berabad-abad di Kulonprogo,” ujarnya Minggu (15/10 /2023).

Tema besar penyelenggaraan tahun ini, lanjut Anggana, yaitu “Ketahanan Pangan”, yang diinterpretasikan melalui tajuk “Kembul Mumbul” untuk menggambarkan tema Ketahanan Pangan.

“Kembul Mumbul” bermakna untuk menjaga semangat berbagi kepada sesama (kembul) dan semangat mentransfer pengetahuan kepada generasi muda, terutama yang terlibat dalam pengolahan lahan, pangan, dan dinamikanya (mumbul).

“Tantangan besar kami adalah menginspirasi dan menyebarkan semangat “kembul-mumbul” sehubungan dengan ketahanan pangan melalui penyelenggaraan festival kebudayaan ini,” kata dia.

Ketahanan pangan adalah isu krusial yang perlu disadari oleh masyarakat. Kadang-kadang, sulit untuk mengkomunikasikan urgensi dan pentingnya menjadi warga yang berdaulat pangan.

Namun, Anggana yakin, melalui upaya edukasi, komunikasi yang efektif, dan kegiatan-kegiatan seperti festival kebudayaan, kita dapat lebih mendalam menyebarkan kesadaran dan membantu masyarakat memahami betapa vitalnya ketahanan pangan dalam kehidupan sehari-hari.

Acara penutupan FKY juga menyuguhkan berbagai seni tradisional dan pertunjukan budaya lokal yang menceritakan sejarah dan kehidupan sehari-hari masyarakat Kulonprogo. Ini semua adalah upaya untuk membangkitkan rasa kebanggaan dan kesadaran akan warisan budaya yang unik.

Salah satunya adalah persembahan Kampung Menari, sebuah inisiatif pengembangan seni dari Dinas Kebudayaan Kota Jogja yang menghadirkan pelatihan tari di berbagai kampung di Kota Jogja. Kali ini melibatkan 1,690 penari dari 169 Kampung di Kota Jogja yang bergabung untuk meramaikan penutupan FKY 2023.

Seiring berakhirnya FKY 2023, festival ini meninggalkan pesan kuat tentang pentingnya pelestarian dan penyelamatan kearifan lokal di era modern yang terus berubah. Kesadaran tentang nilai budaya yang mendalam dan perjuangan untuk melestarikannya akan terus tumbuh di kalangan masyarakat Yogyakarta dan seluruh Indonesia.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menambahkan, Festival Kebudayaan Yogyakarta yang dihelat sejak 24 September 2023 telah melibatkan ratusan sub-sub kegiatan yang melibatkan berbagai pihak dari berbagai elemen masyarakat, profesi, dan generasi, serta memanfaatkan berbagai venue dan objek kebudayaan yang beragam.

“Kami dengan bangga menyatakan bahwa bersama-sama kita telah berhasil menjadikan Festival Kebudayaan Yogyakarta sebagai titik pertemuan yang mengarah pada pemanfaatan budaya untuk kesejahteraan masyarakat setelah memulai langkah pertama,” ujarnya.

“Tahun pertama ini merupakan prototipe menuju perubahan dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta. Sekarang, kita akan melanjutkan tongkat estafet regenerasi kebudayaan,” tandasnya. (*)