Parade Teater Linimasa 2023 Jadi Panggung Ekspresi Kreativitas Seniman Lintas Generasi
Pangan merupakan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Parade teater Linimasa tahun keenam digelar dengan mengusung tema Meramu. Tema ini dipilih karena pangan merupakan salah satu tema yang kaya akan eksplorasi. Pangan tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan bagian dari budaya, sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
Kali ini Parade Teater Linimasa Yogyakarta 2023 diikuti oleh enam kelompok seni pertunjukan terpilih dari 38 pengirim proposal dari Yogyakarta dan luar DIY.
Setiap kelompok memiliki kreativitas yang berbeda-beda mengeksplorasi tema pangan. Parade Teater Linimasa Yogyakarta 2023 digelar 18 - 20 Oktober 2023 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.
Elyandra Widharta selaku seniman sekaligus kurator Parade Teater Linimasa Yogyakarta 2023 mengatakan inilah ajang bagi seniman untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan tentang isu pangan kepada masyarakat luas.
ARTIKEL LAINNYA: Tombak Kiai Amiluhur dan Bantar Angin Simbol Bersatunya Warga Kulonprogo
"Pangan merupakan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga kami berharap Parade Teater Linimasa Yogyakarta 2023 dapat menjadi sarana bagi seniman menyampaikan pesan tentang isu pangan dengan cara yang kreatif dan inovatif," kata Elyandra.
Open proposal tahun ini fokus pada tema Pangan dan bagaimana kelompok seniman menginterpretasikannya dalam karya mereka.
Beberapa kelompok mengeksplorasi aspek artistik seputar pangan, termasuk herbal dan jamu, sementara yang lain bahkan melakukan riset tentang individu untuk menghadirkan karya kreatif mereka.
Parade Teater Linimasa Yogyakarta 2023 merupakan salah satu program pengembangan teater berbasis kelompok yang ada di Yogyakarta. Program ini diinisiasi oleh Taman Budaya Yogyakarta dan didukung Dana Keistimewaan.
ARTIKEL LAINNYA: FKY 2023 Ditutup, Dorong Penyelamatan Kearifan Lokal
Elyandra menyebut enam kelompok seniman terkurasi akan berpartisipasi dalam publikasi tahun ini. Tahun ke-6 sejak model open proposal diperkenalkan pada tahun 2018, Linimasa terus membuka kesempatan bagi kelompok seniman untuk melamar dengan ide orisinil mereka.
"Seleksi tahun ini mengungkapkan keberagaman latar belakang generasi seniman. Enam kelompok terpilih memiliki anggota dari Jogja, namun kerabat kerja mereka berasal dari berbagai daerah," kata Ely.
Mereka, lanjut Ely, mewakili generasi yang beragam, mulai dari tahun 80-an, 90-an, hingga 2000-an. Hal ini menandai kesinambungan pendekatan Linimasa untuk memprioritaskan generasi ini sejak pertama dihelat pada 2018, dengan tujuan membagikan pengalaman menonton teater mereka kepada generasi saat ini.
"Sebanyak 38 komunitas seni, termasuk kelompok seni tradisional dan kontemporer, melamar untuk kesempatan ini. Yang menarik, beberapa kelompok terdiri dari anggota yang beragam dan berasal dari lintas daerah. Mereka berkomunikasi dan berkolaborasi secara penuh di Jogja," lanjutnya.
ARTIKEL LAINNYA: Pameran Temporer Ubah Stigma Museum Kuno Menjadi Menyenangkan, Tiga Hari Banjir Pengunjung
Tidak hanya itu, beberapa kelompok memberikan tinjauan pustaka yang mendalam tentang topik yang mereka pilih. Ada juga yang mengambil langkah lebih jauh dengan menterjemahkan konsep mereka ke dalam teknologi media baru yang canggih.
Elyandra Widharta menjelaskan proses seleksi konsep dilakukan tanpa mengungkapkan nama kelompok atau kerabat kerja yang terlibat, untuk menghindari potensi kecurangan.
Hasilnya adalah bahwa enam kelompok yang terpilih berbeda setiap tahunnya, hal ini mencerminkan pemerataan dan distribusi karya di kalangan berbagai kelompok seniman, memungkinkan semua orang untuk merasakan pengalaman berpartisipasi dalam publikasi Linimasa.
Koes Yuliadi, Dosen Seni Pertunjukan dan Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sekaligus Kurator Linimasa menambahkan perkembangan positif dari Linimasa.
ARTIKEL LAINNYA: Galeri Indonesia Kaya Tampilkan Kesenian untuk Rawat Kebudayaan
Dia menyatakan parade teater Linimasa ini telah berhasil mempertemukan peserta dari berbagai generasi selama enam tahun terakhir.
Linimasa, yang awalnya kurang populer, kini menjadi sebuah wahana yang kuat untuk para seniornya.
"Selama enam tahun, peserta dan lintas generasi semakin bertambah. Kami menganggap Linimasa sebagai sebuah terminal bagi para senior untuk kembali memiliki gagasan setelah linimasa berkembang dan mereka memiliki keyakinan untuk berproses. Dengan demikian, senior dapat lebih dari sekadar bernostalgia. Sementara itu, bagi generasi muda, Linimasa menjadi sebuah terminal untuk terus berjalan," kata Koes Yuliadi.
Linimasa, sebuah ruang seni yang telah berhasil menghubungkan para seniman dan penikmat seni dari berbagai generasi. Ia berharap Linimasa ini akan terus berlanjut pada masa mendatang.
"Proposal awalnya kurang populer, tetapi ternyata konsepnya kini sangat kuat. Semoga TBY selalu menjadikan Linimasa ini sebagai bagian dari ruang seni di masa mendatang," tambahnya.
ARTIKEL LAINNYA: Gebyar Batik Sleman 2023 Berlangsung Sampai November
Kepala Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Purwiati, menambahkan ke-38 proposal yang diajukan, telah terpilih enam kelompok yang semuanya telah mengalami kurasi yang ketat dan adil. Proses seleksi ini melibatkan tahap kurasi, presentasi, dan pendampingan yang cermat.
Menurut Purwiati, kurasi parade teater Linimasa tahun keenam ini mewakili berbagai komunitas dan kelompok yang beragam.
TBY dengan tekad tulusnya tidak bermaksud untuk terus-menerus memilih sanggar atau komunitas yang sama berulang kali, melainkan untuk memberikan kesempatan kepada beragam bakat seni di Yogyakarta.
"Kurasi Linimasa ini mewakili semua jenis atau dari komunitas sehingga kami tidak mempunyai maksud untuk TBY memilih sanggar atau komunitas itu-itu saja. Proses kurasi ini dapat dipertanggungjawabkan dan transparan," kata dia.
Selain itu, Purwiati juga menegaskan TBY sebagai pusat pembinaan seni yang berlokasi di Yogyakarta tidak hanya fokus pada bidang teater.