Tiga Buku Karya Sriyanti Sastraprayitno Diluncurkan di Tembi

Tiga Buku Karya Sriyanti Sastraprayitno Diluncurkan di Tembi

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Pengarang Sriyanti S Sastraprayitno akan meluncurkan tiga buku karyanya pada event Sastra Bulan Purnama edisi 126, Sabtu (12/3/2022) malam, di Pendhapa Tembi Rumah Budaya Jalan Parangtritis Km 8,5 Tembi Sewon Bantul.

Tiga buku itu adalah Mecaki Waktu, kumpulan geguritan dan mendapat penghargaan Prasidatama 2021 dari Balai Bahasa Jawa Tengah serta hadiah Rancage 2022.  Dua buku lainnya berjudul Kabar Saka Stockholm, kumpulan cerkak dan Pulanglah kumpulan cerita pendek.

Selain dibacakan, ketiga buku tersebut akan dibahas oleh sastrawan dari beberapa kota. Hadir sebagai pembincang, Budi Wahyono, sastrawan dari semarang.

Kemudian, D’Eros Sudarjono, sastrawan dan pelukis dari Jombang, Edhie Prayitno Ige, jurnalis dan sastrawan dari Semarang, Sulis Bambang penyair dari Semarang.

Pembaca yang akan tampil membacakan geguritan, cerkak dan cerpen karya Sriyanti S Sasttroprayitno di antaranya Resmiyati, Endah Sr, Cicit Kaswami, Wiendu Setyaningsih, Ninuk Retno Raras, Endang Wahyuningsih, Ely Widayati, Esti Suryani, Anastasia Sri Kartisusanto, Lelly Faizahtillah, Ami Simatupang. Pertunjukan sastra akan digarap BeSTM, Bengkel Sastra Taman Maluku dari Semarang dan Komunitas Melati Rinonce.

Sriyanti, panggilan akrabnya, selain menulis geguritan, cerkak dan cerpen, juga menulis puisi. Sejumlah puisinya ada di dalam buku antologi puisi penyair Indonesia.

Sehari-harinya Sriyanti sebagai pengajar di Departemen Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang.

Sriyanti sudah beberapa kali tampil di Sastra Bulan Purnama, meluncurkan buku puisi atau buku cerpen, termasuk geguritan yang ditulis oleh penulis perempuan dari berbagai kota di Indonesia.

Penampilannya  kali ini sekaligus untuk merayakan rasa bahagianya karena buku Mecaki Wektu mendapat dua penghargaan yaitu hadiah Prasidatama 2021 dari Balai Bahasa Jawa Tengah dan  hadiah Rancage 2022.

Ons Untoro selaku koordinator Sastra Bulan Purnama menyebutkan, Sastra Bulan Purnama tidak hanya diisi pertunjukan sastra tetapi ada perbincangan karya sastra sehingga muncul dialog sastra.

“Karya sastra memang tidak hanya perlu dibacakan, tetapi perlu juga diwacanakan, perbincangan merupakan proses produksi wacana itu,” ujarnya. (*)