Sewindu Mencari Jati Diri, The Finest Tree Merilis Video Musik

Sewindu Mencari Jati Diri, <i>The Finest Tree</i> Merilis Video Musik

KORANBERNAS.ID,SLEMAN - The Finest Tree, duo asal Yogyakarta yang memulai debut dalam sebuah soundtrack film Cinta tapi Beda garapan Hanung Bramantyo pada 2012. Sejak hits Melebur Beda dan Lupa Bawa Nyali yang masuk ke dalam mini album Hijau tersebut, duo Elang Nuraga dan Cakka Nuraga ini begitu terkenal di panggung-panggung musik tanah air.

Mereka sempat rekaman bersama Universal Music pada 2014, semenjak itu tidak banyak lagi hits yang mereka ciptakan. Delapan tahun The Finest Tree sibuk dengan diri masing-masing, pada rentang waktu tersebut terhitung hanya beberapa single dan EP yang berhasil mereka ciptakan.

Bersamaan dengan peluncuran single dan video musik "Sins", merupakan sebuah penanda bahwa The Finest Tree telah kembali, perjalanan hidup dengan segala lika-likunya telah mendewasakan mereka sebagai sebuah grup musik.

Video musik garapan Dapur Film ini memvisualisasikan tentang kebebasan memilih serta pilihan hidup seperti apa yang ingin dijalani. Tentang kehendak yang harus disimpan rapat-rapat karena banyaknya nilai yang menyelinap ke tiap panca indera.

“Sebuah pengungkapan proses hidup yang penuh liku.  Dosa (Sins-red) adalah hal nyata sebagai bagian dari evolusi pembentukan karakter manusia” ungkap Akhsay DR selaku sutradara dalam launching video musik Sins Selasa (5/7/2022) di Kyoto Garage, Sleman, Yogyakarta.

Sementara, Bhumi Bramastyo selaku Director of Potography menambahkan, bahwa sebagus apapun visualisasi sebuah video atau film, tidak akan menarik jika tidak ada cerita dan konsep yang matang untuk menunjangnya.

"Selain bertugas sebagai D.O.P, saya juga nertugas menyampaikan idealisme sutradara saya, yaitu Aksay. Terimakasih telah memberikan kepercayaan kepada anak-anak muda di Dapur Film" ujar putra sulung Hanung Bramantyo ini.

Cakka Nuraga, Vokalis dan Gitaris The Finest Tree mengatakan, mereka ingin terbebas dari kesalahpahaman atau bahkan tak pernah dicoba dipahami sejak merilis mini album Hijau The Finest Tree pada 2012 silam. Kehadiran mereka yang selalu dikaitkan sekaligus menjadi rujukan imajinatif tentang band atau brand lain, bahkan dicap menjadi bayangan identitas lain.

"Sempat pula dimaknai sebagai keanehan ketika berubah menjadi bentuk-bentuk baru yang sesuai dengan hati. Melalui single ini kami memperlihatkan bagaimana The Finest Tree sebenarnya. Jika dulu kami seperti remaja yang mencoa segalanya, saat inilah jati diri kami," terangnya.

"Senandung kami yang berjudul 'Sins' berbicara banyak tentang konsekuensi akan pilihan hidup. Tentang jalan mana yang kamu pilih yang pada akhirnya akan mendatangkan bahagia atau kutuk yang harus ditelan," imbuhnya.

Larik lirik You can’t understand The Truth if u have never fallen with lies membuka tafsir lain dalam lagu ini. Lirik yang ditulis Cakka Nuraga itu seperti membincang Sabda boneka kayu bernama Zarathustra yang menggemparkan dunia pada akhir abad ke-19. Tentang manusia yang harus sanggup menanggung kenyataan bahwa hidup tidak sekadar hitam atau putih.

"Artinya tidak pernah selesai. Dan penderitaan adalah satu-satunya jalan agar tujuan hidup tercapai," kata dia.

Video musik ini adalah visualisasi pergolakan batin The Finest Tree selama delapan tahun terakhir. Batin yang tidak hanya melahirkan pandangan baru terhadap dunia tetapi juga mengubah cara berpikir mereka sebagai manusia.

"Single ini dalam waktu dekat akan disusul single berikutnya, kemudian akan dirilis dalam sebuah album. Album ini akan sangat berbeda dengan sebelumnya," pungkasnya.

Marketing Manager Astra Motor Yogyakarta, Thomas Pradu memberikan dukungan dalam pembuatan video musik Sins The Finest Tree ini. Pihaknya berupaya terus menemani generasi muda Yogyakarta dalam menyalurkan energi positifnya menjadi sebuah karya.

"Termasuk di dalamya untuk teman-teman The Finest Tree dan Dapur Film Indonesia. Selamat atas peluncuran video musik single terbarunya.” ungkap Thomas Pradu.

Hanung Bramantyo dari Dapur Fim Indonesia menekankan pentingnya peran seluruh pihak untuk memberikan ruang belajar bagi sineas muda Yogyakarta.

“Melalui produksi video musik ini saya berharap mereka bisa belajar bagaimana mengekspresikan diri mereka secara jujur, mengorganisir kru dan cast (pemeran) dengan baik, menumbuhkan pengalaman dan profesionalitas, serta menemukan solusi atas persoalan melalui pendekatan kreatif," pungkas Hanung..(*)