Film Sluman Slumun Slamet Putar Perdana di Gedung DPD RI Yogyakarta
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sebuah film dokumenter berjudul Sluman Slumun Slamet diputar perdana di gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta, Jumat (2/4/2021) sore. Film ini mengangakat cerita seputar aktivitas masyarakat Dusun Tembi Kalurahan Timbulharjo Sewon Bantul saat pandemi Covid-19.
Anggota DPD RI daerah pemilihan DIY, Afnan Hadikusumo, menyatakan sebagai representasi masyarakat DIY dirinya sangat mendukung pemutaran film Sluman Slumun Slamet yang dibuat oleh UPN Veteran Yogyakarta bersama Komunitas Tembi.
Harapan dia, semoga film ini mampu membangkitkan desa-desa yang lain menjadi desa yang mandiri dan kuat secara ekonomi ketika menghadapi pandemi maupun bencana yang lain.
“Film ini merupakan contoh yang baik bagi pengembangan desa menuju desa mandiri ekonomi maupun dari sisi pengelolaan kesehatan,” ujarnya.
Cucu pahlawan nasional Ki Bagoes Hadikoesoema ini menyatakan film mengenai adaptasi dan mitigasi pandemi Covid-19 tersebut layak ditonton serta perlu disebarluaskan.
Sedangkan Tatang Helmi Wibowo selaku Ketua Masyarakat Tembi sekaligus sutradara Sluman Slumun Slamet menjelaskan film itu mengangkat isu lokal saat warga dusun itu menghadapi pandemi setahun terakhir sejak Maret 2019.
“Dokumentasi ini kita bikin karena kita ingin berbagi pengalaman kepada warga di luar Tembi bahkan Indonesia. Sedikit banyak kami ingin berkontribusi untuk penanganan pandemi. DPD RI menyambut kehadiran film ini dan memfasilitasi kami melakukan pemutaran perdana,” ungkapnya.
Menurut Tatang, dari awal sebelum Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan kebijakan pembentukan satgas penanganan Covid-19 di tingkat desa, warga Dusun Tembi sudah lebih awal membentuknya.
Artinya, tidak hanya sekadar menutup pintu masuk dusun dengan palang namun juga memikirkan kegiatan anak-anak dan ekonomi ibu-ibu. “Perencanaan itu kita bikin melibatkan semua stakeholder,” kata Tatang.
Merujuk data Kalurahan Timbulharjo Kapanewon Sewon Bantul, Tembi tercatat paling sedikit jumlah warganya terapar Corona. “Ada tiga orang. Di film itu kita mendukung warga yang terkena akhirnya sembuh. Jika komunitas bersatu maka mampu meminimalkan dampak Covid,” tandasnya.
Pembuatan film itu tanpa dukungan sponsor. Donasi mengalir dengan sendirinya. Kebetulan di dusun ini banyak terdapat homestay dan hotel.
“Nggak ada sama sekali sponsor. Ada donatur internal dari pelaku pariwisata. Kita tidak pernah memungut biaya, itu kesadaran mereka memberikan donasi,” tambahnya.
Eko Teguh Paripurno yang sehari-hari bekerja di Pusat Studi Manajemen Bencama UPN Veteran Yogyakarta menyatakan, kampus itu terlibat mendukung film Sluman Slumun Slamet mengingat Tembi merupakan salah satu mitra, sekaligus bagian dari proses menciptakan ketangguhan warga.
“Tembi itu salah satu desa mitra UPN. Ada desa yang lain tapi yang memungkinkan jadi model utuh adalah Tembi,” kata Eko.
Setiap bulan UPN Veteran memberikan penguatan terhadap mitra-mitranya. Tembi salah satu pilihan karena dimungkinkan menjadi model warga berkontribusi positif membangun adaptasi.
“Tembi bisa menjadi contoh desa lain. Di Tembi memungkinkan warga dan lembaga usaha serta lembaga masyarakat bersama-sama nyengkuyung proses tersebut,” kata dia.
Bahasa gampangnya, proses penguatan pentahelik seperti ini bisa diterapkan di Tembi dan bisa dijadikan model. “Belum ada satgas tingkat desa, Tembi sudah membuat satgas sendiri, tempat isolasi mandiri serta membangun ekonomi lokal sendiri,” tambahnya.
Soal dukungan medis, lanjut dia, kebetulan UPN Veteran Yogyakarta memiliki klinik kesehatan. Apabila terjadi kondisi lebih dari kebutuhan medis dasar terkait obat dan vitamin untuk warga, pihaknya menggandeng kerja sama itu dengan Puskesmas.
Eko berharap setelah film dokumenter Sluman Slumun Slamet tersebar sehingga Tembi menjadi model serta menginspisari desa dan dusun lain, bahwa gotong royong adalah cara menyelesaikan masalah ala Indonesia yang terbagus. (*)