Bincang Buku Kami Mantan Wartawan

“Buku yang disiapkan selama dua tahun ini, menjadi secuil catatan sejarah perjalanan kaum jurnalis di Indonesia. Banyak pengalaman para wartawan Sinar Harapan dan Suara Pembaruan yang menarik, yang diungkapan dalam buku ini,” ujar Albert Kuhon.

Bincang Buku <em>Kami Mantan Wartawan</em>
(Dari kiri ke kanan). Albert Kuhon , N. Krisnam dan Y. Sarworo Suprapto. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Paguyuban Wartawan Sepuh Yogyakarta (PWSY) akan membincangkan buku berjudul ‘Kami Mantan Wartawan’, yang dieditori Albert Kuhon, seorang anggota Paguyuban Wartawan Sepuh, yang tinggal di Yogyakarta. Diskusi ini kerja sama dengan Sastra Bulan Purnama, yang setiap bulan membuka ruang diskusi diberi label ‘Obrolan Sastra Bulan Purnama’, yang pada kali ini memasuki edisi 9.

Diskusi akan diselenggarakan Sabtu, 17 Februari 2024, pkl 09.30 di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.

Narasumber diskusi, Albert Kuhon, editor buku dan pernah menjadi wartawan KR Yogyakarta, Kompas, Suara Pembaruan, Liputan 6 SCTV dan beberapa media lain. Buku ‘Kami Mantan Wartawan’ ini menyajikan kisah para wartawan Sinar Harapan/Suara Pembaruan, yang pada waktu itu wartawannya/korespondennya tersebar di kota-kota di Indonesia.

“Buku yang disiapkan selama dua tahun ini, menjadi secuil catatan sejarah perjalanan kaum jurnalis di Indonesia. Banyak pengalaman para wartawan Sinar Harapan dan Suara Pembaruan yang menarik, yang diungkapan dalam buku ini,” ujar Albert Kuhon.

Akan hadir sebagai narasumber, yang membahas buku ini, N. Krisnam, seorang wartawan senior KR Yogya, dan pernah menjadi anggota DPRD DIY Fraksi PDIP, bertindak sebagai moderator Sarworo Suprapto, wartawan KR.  Dua narasumber dan seorang moderator merupakan anggota Paguyuban Wartawan Sepuh Yogyakarta (PWSY).

“Diskusi ini, selain membincang buku, sekaligus merupakan ruang interaksi dan silaturahmi antar-anggota PWSY  bersama masyarakat yang lebih luas,” ujar Ons Untoro, penyelenggara diskusi dari PWS sekaligus dari Sastra Bulan Purnama.

Kuhon menjelaskan, dalam buku ini diungkapkan banyak ragam pengalaman wartawan Sinar Harapan dan Suara Pembaruan yang bisa dipetik. Bisa menjadi sekadar bacaan ringan, tapi bisa juga menjadi bahan telaah yang serius. Bisa jadi bekal bagi jurnalis muda dan mahasiswa yang menggeluti bidang informasi. Bahkan bisa jadi pembanding antara generasi yang harus bekerja keras dengan generasi milenial.

“Kebiasaan mendapatkan segala sesuatu secara instan yang berkembang belakangan ini, berdampak sangat serius terhadap perkembangan jurnalisme di Indonesia,” ujar Albert Kuhon.

Perlu diketahui, Paguyuban Wartawan Sepuh merupakan komunitas yang anggotanya semua wartawan, atau pernah menjadi wartawan, yang kemudian menempuh profesi lain, misalnya dokter, dosen, bahkan ada yang menjadi rektor dan dekan. Mereka tidak hanya tinggal di Yogya, melainkan ada yang tinggal di Jakarta. Yang masuk di komunitas Wartawan Sepuh, bukan hanya wartawan dari media cetak, tetapi ada wartawan televisi dan wartawan radio.

“Kata sepuh dipilih agar terasa lebih netral dibandingkan dengan kata senior, dan kata sepuh mengandung keakraban dengan semua kalangan wartawan,” ujar Ons Untoro. (*)