Memupuk Filantropi di Tengah Pandemi Covid-19

Memupuk Filantropi di Tengah Pandemi Covid-19

MENURUT elaborasi Ust. Hilman Latief (2013), konsep filantropi berhubungan erat dengan rasa kepedulian, solidaritas dan relasi sosial antara orang miskin dan orang kaya, antara yang “kuat‟ dan yang “lemah”, antara yang “beruntung” dan “tidak beruntung” serta antara yang “kuasa” dan “tuna-kuasa”. Menurut KBBI filantropi artinya cinta kasih/kedermawanan kepada sesama. Sedangkan menurut Ust. Didin Hafifudin, Filantropi (kedermawanan) adalah kesadaran untuk memberi dalam rangka mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara luas, dalam berbagai bidang kehidupannya. Potensi filantropi umat Islam terwujud dalam bentuk zakat yang hukumnya wajib, infak, shadaqah, wakaf, hibah dan derma-derma lainnya. (Republika, 18/3/2018)

Yang sering salah kaprah adalah bahwa filantropi atau kedermawanan hanya bisa dilakukan oleh orang kaya atau orang yang punya sumber daya finansial besar. Padahal sebenarnya yang bisa disumbangkan bukan sebatas dana, bisa berwujud waktu tenaga, pikiran atau ide.

Maka dari itu di tengah pandemi Covid -19 ini perlu kita pupuk filantropi dalam rangka saling membantu, saling memberi solusi terhadap persoalan yang timbul.

Kemunculan wabah Covid-19 telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Dampak corona yang memukul sektor ekonomi membuat semua pihak harus mengetatkan ikat pinggang.

Kebijakan pemerintah untuk meminta kita tetap beraktivitas di rumah atau work from home, yang sudah berjalan sebulan lebih ini, tanpa sadar secara keuangan sudah mengganggu arus pemasukan dan pengeluaran.

Beberapa perusahaan mulai merumahkan sejumlah pegawainya. Bahkan, ada beberapa di antaranya yang melakukan PHK, sehingga pegawai mau tidak mau jadi kehilangan pemasukan bulanan. Atau mungkin para pekerja harian, para pedagang yang berjualan di sekitar sekolah atau kampus. Mereka tidak berjualan lagi karena sekolah dan kampus yang tutup.

Sedangkan yang masih mendapat gaji bulanan pun, tanpa sadar juga melakukan konsumsi yang tidak diperlukan bahkan melebihi jatah ‘jajan’ dari hari biasa.

Melihat kondisi saat ini, diperlukan berbagai kreativitas filantropi untuk membantu dan  meringankan beban orang lain, terlebih dalam era digital saat ini. Kita perlu saling mengingatkan, karena berada pada situasi dan kondisi yang tidak normal. Maka dari itu, kita harus mengambil peran untuk menggali, memupuk dan menumbuhkan  berbagai bentuk filantropi, sebagai upaya solutif memecahkan persoalan akibat pandemi corona ini.

Ada banyak cara bisa kita lakukan dalam aktivitas filantropi pada saat pandemi ini:

  • Menjadi volunteer (relawan)

Kebanyakan orang mengaitkan filantropi dengan memberikan sumbangan uang/barang. Padahal menyumbangkan waktu, tenaga dan keahlian untuk membantu sesama, sama pentingnya. Terlebih pada saat ini, diperlukan sekali relawan tenaga kesehatan untuk membantu. Jadi kiranya orang yang punya latar belakang ilmu kesehatan dapat berperan di sana.

 

  • Mengkampanyekan hidup hemat

Kita semua belum tahu, kapan pandemi corona ini akan berakhir, maka dari itu perlu gerakan supaya hidup hemat. Untuk tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Karena dengan derasnya promosi di dunia digital, orang cenderung tergiur membeli barang, padahal belum tentu barang tersebut menjadi prioritas untuk dibeli.

 

  • Menyebarluaskan kesadaran pentingnya filantropi

Kita harus dapat menjadi agen atau corong untuk mengajak, agar semua orang bisa saling membantu. Perlu kita libatkan keluarga, saudara, teman, kelompok masyarakat. Artinya kita kita perlu mengorganisir mereka agar semangat dan sikap saling membantu menjadi bola salju.

 

  • Membuka kotak donasi dan posko

Untuk menampung berbagai sumbangan dan kepedulian perlu kita organisir. Dalam hal ini wadah/posko sangatlah diperlukan. Di dalam posko tersebut dapat dirumuskan berbagai bentuk aksi yang akan dilakukan.

 

  • Menjadi model atau contoh

Dalam rangka memupuk filantropi di masyarakat diperlukan contoh atau model. Maka kita harus lebih dulu tampil ke depan memberikan contoh.

Kalau kita lihat situasi di lapangan, filantropi pada masyarakat sudah berkembang dengan baik. Pada masa pandemi ini, ada beberapa kelompok masyarakat yang melakukan pembagian masker, hand sanitizer, pembagian sembako, kampanye dan penyuluhan. Hal tersebut sering kita temui di jalan-jalan.

Yang perlu kita lakukan saat ini adalah, agar energi seperti itu bisa terus menerus dilakukan karena kita semua tidak tahu sampai kapan pandemi ini berakhir. Kita perlu terus berkampanye tentang pentingnya filantropi atau kedermawanan ini. Diperlukan pengorganisasian agar lebih tepat sasaran dan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Apabila semangat filantropi ini menjadi budaya dan kesadaran masyarakat secara luas, maka dampak dari wabah ini bisa kita tekan. Dan pada akhirnya nanti, setelah selesai pandemi Covid-19 akan tumbuh nilai-nilai baru secara masif, yaitu filantropi atau kedermawanan. **

M. Munawir

Guru di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta