Dulu Airnya Berlimpah, Ini yang Sekarang Terjadi di Bendung Plenen

Dulu Airnya Berlimpah, Ini yang Sekarang Terjadi di Bendung Plenen

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO – Bendung Plenen, bangunan peninggalan tahun 1980-an berlokasi sekitar 200-an meter dari Kantor Kalurahan Sidomulyo Kabupaten Kulonprogo itu masih tampak kokoh.

Di antara bebatuan besar, aliran air anak Sungai Serang itu lancar. Sayangnya, fungsi utama bendungan tersebut sebagai pemasok air irigasi ratusan hektar sawah, tidak bisa diandalkan lagi.

“Tidak ada air yang masuk ke pintu intake tapi (mengalir) di tengah dan palung. Perlu penggalian sedimen hulu bendung ini,” ungkap R Tito Asung Kumoro W, Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY, Jumat (12/3/2021) petang.

Saat mendampingi Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana meninjau lokasi, Tito menjelaskan solusi jangka pendek adalah pengerukan. “Jika kapasitas bandung tertutup sedimen maka lebih banyak air melintasi bendung ini,” ungkapnya.

Diakui, solusi itu sifatnya sementara. Supaya para petani tidak mengalami puso atau gagal panen maka perlu solusi yang tepat. Tidak semua krisis air diselesaikan dengan infrastruktur tetapi perlu melibatkan instansi lain yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY.

“Kita jangan selalu menyelesaikan masalah dengan infrastruktur tapi ada cara lain misalnya reboisasi. Perbaiki DAS (Daerah Aliran Sungai). Jika DAS dalam kondisi kritis jangan tanya lagi kok ra ana banyu. Jangan selalu solusi dengan infrastruktur,” ungkapnya.

Bersama konsultan, saat ini pihaknya menyiapkan studi, kajian dan identifikasi kenapa Bendung Plenen kering saat kemarau.

Sebagaimana masukan dari warga maupun petani, ini mungkin terjadi karena pepohonan banyak ditebangi. Itu ibarat penyakit utama yang mestinya ditangani terlebih dulu.

Daerah aliran sungai, kata Tito, perlu diperbanyak vegetasi, salah satunya ditanami pohon gayam. Pohon ini dikenal mampu menahan air hujan sehingga tidak langsung terbuang. Dari pohon itu muncul mata air.

“Sub-DAS Sungai Serang mungkin sudah kritis. Penting sekali reboisasi area itu. Saya nggak tahu ada penambangan nggak. Itu juga mempengaruhi. Dulu di Bendung Plenen ini ada kedung,” ucapnya.

Huda Tri Yudiana menyatakan, legislatif mendukung penuh upaya memulihkan fungsi Bendung Plenen sebagai pemasok air irigasi.

Nyuwun pangestu dan doa. Mudah-mudahan kita bisa mencari solusi. Saya sowan ke sini sudah membawa program. Mudah-mudahan terselesaikan,” ujarnya didampingi anggota DPRD Kulonprogo, Jeni Widyatmoko, saat berdialog dengan warga di Gedung Serbaguna Kalurahan Sidomulyo.

Huda menyebutkan masih banyak wilayah di Provinsi DIY mengalami kesulitan air. Setidaknya tercatat 150 desa prioritas satu, masyarakat sulit memperoleh air untuk keperluan minum.

Sedangkan 300 desa lainnya kategori kekurangan air. “Kami berharap desa-desa yang tingkat kesulitan airnya sangat parah, separonya bisa diselesaikan 2022,” ungkapnya. Salah satu caranya dengan sumur bor.

Huda setuju, permasalahan air tidak mesti diselesaikan dengan membangun infrastruktur. Perlu solusi yang tepat supaya masalahnya tuntas, disertai dukungan anggaran dari pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten.

Pada pertemuan kali ini, sesepuh warga menceritakan dulu Bendung Plenen airnya berlimpah mampu mengairi sawah seluas 200 hektar. Airnya jernih.

Mungkin karena faktor alam saat ini terjadi pendangkalan. Airnya berubah keruh. Petani sering gagal panen. Mereka sangat berharap Pemda DIY segera turun tangan, supaya para petani bisa panen dua kali.

Huda maupun Tito sepakat, studi mengenai Bendung Pleneng merupakan pilihan yang sangat pas. Harapannya, begitu hasil studi selesai bisa ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur tanpa mengabaikan faktor lingkungan. (*)