Dukungan Pesantren Menghadapi Krisis Pangan

Dukungan Pesantren Menghadapi Krisis Pangan

PONDOK pesantren (pontren) kini bukan lagi institusi pendikan kelas dua. Tak sedikit lembaga ini yang mampu berdikari dalam kekuatan usaha ekonomi yang dikelola secara mandiri atau internal dari, oleh, dan untuk santri, sehingga mampu memberikan dampak kemandirian finansial (pembiayaan) terhadap operasional berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh pontren.

Pontren adalah salah satu pilar penopang NKRI yang kiprahnya tidak diragukan lagi. Pontren juga termasuk lembaga pendidikan nonformal tertua yang tersebar di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah terbukti membentuk generasi yang mandiri dan siap berkarya di lingkungan daerah masing-masing.

Ke depan, kita punya mimpi agar pontren berkontribusi nyata kepada masyarakat, tidak hanya dalam bidang agama dan pendidikan, tetapi juga dalam bidang sosial dan ekonomi. Dengan demikian pontren berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan sesuai kearifan lokal di sekitar pesantren.

Maka, penting mendorong pontren untuk mengedukasi para santri agar mengembangkan bidang pertanian dalam arti luas, melalui sistem pertanian terpadu dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar pondok pesantren.

Menurut pengasuh pontren Azzahro Kendal, mengaji tidak hanya dari kitab-kitab dan Alquran Hadis saja. Tapi di ladang, di sawah, di kebun, para santri bisa belajar mengaji kehidupan dan keagungan Allah SWT. Santri memahami betapa agungnya Allah sang pemberi kehidupan dan rezeki. Menumbuhkan biji-bijian dan tanaman, sehingga bisa kita nikmati. Maka adalah kewajiban santri juga untuk menjaga alam agar tetap lestari.

Banyak pontren yang sudah memperkenalkan pertanian kepada santrinya bahkan menjadikan pertanian sebagai usaha pemenuhan kebutuhan pesantren. Kita tengok pontren Al Haromain Jepara, pontren Baiturrahmah Yayasan Solopeduli Solo, pontren Azzahro Kendal, dll. Sedangkan pontren di wilayah Jogja kita bisa berkunjung ke pontren Darul Fallah Kaliurang, Al-Munawwir Krapyak, pontren Wahid Hasyim, dll.

Beberapa komunitas keagamaan lainnya di Indonesia menjadi pionir dan penggerak model pertanian berkelanjutan. Mereka antara lain, Bumi Langit Institute di Yogyakarta, Pesantren Ekologi Ath Thaariq di Garut, dan Gubug Lazaris di Kediri (mongabay.co.id, 8/1/2021).

Santri dilatih untuk bertani, budidaya lele, beternak ayam, bebek, kambing, sapi, dll untuk bekal keterampilan para santri yang ingin berwirausaha. Dengan begitu, selain memahami ilmu pengetahuan dan ilmu agama, santri juga praktik kewirausahaan dengan konsep santripreneur (santri berwirausaha), sehingga kala keluar dari pontren mereka siap bermasyarakat.

Terlebih pada masa Pandemi Covid-19 ini, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) mengingatkan kemungkinan terjadinya krisis pangan dunia. Tepatlah kiranya ketika sekarang kita menoleh pontren, sesuai dengan arahan pemerintah yang mengatakan sektor pertanian menjadi tulang punggung di tengah upaya menanggulangi Covid-19.

Maka, pemerintah mengambil langkah pemantauan secara intensif ketersediaan pangan, kelancaran distribusi pangan, dan efisiensi rantai pasok kerja sama dengan perusahaan transportasi online. Kementerian Pertanian juga mengupayakan kemandirian pangan yang dapat dilakukan dengan optimalisasi perkarangan dan lahan.

Pemanfaatan pekarangan diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga, namun dapat juga mengurangi pengeluaran bahkan meningkatkan pendapatan rumah tangga jika dikelola secara maksimal. Pemanfaatan pekarangan dan lahan sempit bisa dimanfaatkan untuk menanam berbagai komoditas hortikultura, seperti sayuran dan tanaman obat. Salah satu inovasi yang bisa diterapkan adalah melalui teknologi pertanian, misalnya hidroponik.

Sistem teknologi hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tumbuh, dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Dengan sistem hidroponik, maka tanaman relatif lebih cepat tumbuh kembang karena unsur hara dalam larutan dapat secara optimal dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman.

Komodifikasi

Dengan demikian, daun lebih lebar, daging buah lebih besar dan kokoh. Kelebihan sistem hidroponik adalah penggunaan lahan lebih efisien, lingkungan maupun pemberian nutrisi pupuk dapat diatur, tanpa media tanah, tidak ada gulma, tidak ada risiko penanaman terus-menerus sepanjang tahun, kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi, lebih bersih, bebas dari racun pestisida, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, periode tanam lebih pendek. Namun teknologi ini membutuhkan modal yang relatif besar pada saat awal pelaksanaan.

Yang perlu digarisbawahi, adalah bagaimana para santri bisa menjadi aktor kemandirian ekonomi pontren melalui pemberdayaan potensi pertanian. Tak ada yang salah bagi para santri untuk terus berkarya, kreatif, dan inovatif, serta mandiri dalam bertani.

Sekali lagi, sektor pertanian, potensi bisnisnya bukan bukan hanya pada sisi on farm, tetapi ada potensi lain di sisi off farm yang prospektif secara keekonomian untuk dikembangkan. Misalnya, panen singkong, akan lebih baik jika tidak dijual berupa singkong mentah, tapi bisa dikomodifikasi dengan olahan teknologi tepat guna sehingga menghasilkan komoditas yang punya nilai tambah. Misalnya tepung maupun hasil olahan singkong lainnya, yakni gethuk, keripik, dodol, jenang, dll dengan kemasan bagus yang menarik perhatian konsumen, karena bisa mendongkrak nilai jualnya lebih tinggi. **

Marjono

Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng