Masalah Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi

Masalah Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi

KASUS Coronavirus Desease (Covid-19) yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 terus mengalami pertambahan. Baik kasus terkonfirmasi, kasus dalam perawatan, sembuh, dan meninggal. Dilansir dari covid19.go.id, sampai dengan tanggal 28/08/2020, kasus terkonfirmasi telah mencapai 165.887 kasus, kasus dalam perawatan mencapai 37.818 kasus (22,8% dari kasus terkonfirmasi), sembuh mencapai 120.900 kasus (72,9% dari kasus terkonfirmasi), kasus meninggal mencapai 7.169 kasus (4,3% dari kasus terkonfirmasi). Jumlah pertambahan kasus ini juga dipengaruhi oleh jumlah pertambahan setiap hari.

Dampak Pandemi Covid-19.

Dilihat dari besarnya jumlah kasus covid-19 ini, tentunya menimbulkan keresahan ekonomi dan pendidikan di Indonesia. Walaupun pada kenyataannya kesembuhan kasus covid-19 cukup besar, dilansir dari covid19.go.id (28/08/2020), total pasien sembuh mencapai 120.900 dengan kesembuhan per hari sebanyak 2.325 kasus, tetap saja kekhawatiran akan hal tersebut tidak dapat dihilangkan. Adanya Covid-19 menjadikan kondisi ekonomi Indonesia melemah. Salah satunya seperti kegiatan ekspor-impor Indonesia-Tiongkok. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat nilai ekspor dan impor Indonesia-Tiongkok menurun pada Januari 2020. Hal tersebut dipengaruhi karena mewabahnya virus corona. BPS menyatakan ekspor ke Tiongkok turun sebesar 12,07% menjadi US$ 2,24 miliar pada Januari 2020. Sedangkan nilai impornya terkontraksi sebesar 2,71% menjadi US$ 4 miliar.

Selain di bidang ekonomi Indonesia, pendidikan di Indonesia juga turut dikhawatirkan. Adanya Covid-19 menuntut pendidikan Indonesia untuk tetap melaksanakan pembelajaran. Ada keresahan tersendiri antara belajar dan mengurangi penyebaran rantai Covid-19. Yang mana kemudian pembelajaran di Indonesia menerapkan pembelajaran jarak jauh atau sering disebut dengan sistem daring (online). Sebelumnya, dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, hanya sekolah di zona hijau saja yang diizinkan untuk pembelajaran tatap muka. Sedangkan sampai saat ini zona merah risiko penyebaran covid-19 semakin meningkat. Siap tidak siap, kita harus menerima perubahan sistem pembelajaran di Indonesia yang menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Masalah dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak hanya memberi keuntungan dalam pembelajaran. Berbagai masalah dapat timbul dalam sistem pendidikan Indonesia melalui pembelajaran jarak jauh. PJJ melalui daring tidak dapat berjalan maksimal, hal tersebut karena sebelum adanya pandemi mayoritas pengajar tidak terbiasa melakukan pembelajaran melalui sistem daring. Banyak dari pengajar yang belum memahami secara maksimal penggunaan media teknologi digital dalam hal pemanfaatan untuk media pembelajaran. “Hasil survei guru menunjukkan bahwa guru yang sudah terbiasa menggunakan pembelajaran daring (berbasis digital) terus menerus hanya 8% ….”, dikutip dari Komisioner KPAI. Terlebih lagi mayoritas pengajar hanya memahami bahwa media pembelajaran sebatas melalui whatsapp, line, dan instagram dengan pemberian tugas. Sedangkan masih banyak media lain yang dapat membantu pelajar dan pengajar dalam pembelajaran tatap muka walaupun secara daring, seperti google meeting, zoom, dan youtube yang mana pengajar dan pelajar dapat berinteraksi langsung walaupun secara daring.

Selanjutnya, kebutuhan kuota internet, kelancaran dan kualitas sinyal dan jaringan menjadi masalah dalam PJJ. “Hasil survei menunjukkan bahwa selama PJJ, baik guru maupun murid atau pelajar sama-sama memiliki keterbatasan kuota internet dan peralatan yang tidak memadai untuk pembelajaran jarak jauh secara daring. Mayoritas siswa menggunakan telepon genggam sebanyak 95,4%. Oleh karena itu, banyak siswa yang mengaku matanya sakit dan kelelahan karena berjam-jam menatap layar ponsel,” ungkap Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam pernyataan tertulis. Sedangkan jika pembelajaran hanya sebatas penugasan dan tidak ada tatap muka secara daring melalui media, maka tidak memberikan dampak positif bagi pelajar. Materi yang seharusnya dapat dipahami dengan baik akan sekadar menjadi kebutuhan untuk penilaian semata. Keresahan muncul antara pembelajaran dengan tatap muka melalui media dan mengurangi kebutuhan kuota. Belum lagi jika terdapat pelajar yang berasal dari daerah pelosok, yang mana kelancaran sinyal dan jaringan sulit didapatkan, harus ada yang berpindah ke tempat lain, berpindah di tempat yang lebih tinggi, di pinggiran sungai, juga ada yang harus ke pinggiran sawah. Hal tersebut tentunya menjadikan masalah dalam PJJ pada masa pandemi Covid-19. *

Maulida Hasanah

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta