Tak Ingin Tergerus Pandemi, Athan Siahaan Prakarsai Indonesian Fashion Parade
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi terus menciptakan hal-hal tak terduga. Tak terkecuali bagi para perancang busana yang kurang beruntung. Sepinya pertunjukan peragaan busana membuat banyak desainer busana banting stir mengerjakan hal-hal yang bukan passion mereka. Tak sedikit para desainer pemula ini menutup usaha mereka dan beralih menjadi penjual makanan demi bertahan hidup.
Terketuk hati melihat hal tersebut, desainer Athan Siahaan mengajak ratusan desainer fashion untuk menyelenggarakan sebuah fashion show di era new normal (tatanan baru-red). Perhelatan perdana yang rencananya akan diselenggarakan pada Oktober 2020 ini telah merangkul 132 desainer dari seluruh Indonesia. Hal ini jauh lebih banyak dari ekspektasinya saat menggagas acara yang diberi nama Indonesian Fashion Parade (IFP) 2020 ini.
"Sebelumnya saya hanya berharap sekitar 40-an desainer yang terlibat. Namun hingga pendaftaran ditutup hari ini, sudah terdaftar 132 desainer yang mendaftarkan diri," ujar Athan, di sela-sela pre-launching IFP 2020 di Sahid Raya Hotel, Yogyakarta, Kamis (8/9/2020) petang.
"Rerata desainer ini adalah desainer fashion pemula yang tersebar diseluruh Indonesia, dari Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Saya sangat senang bisa memberikan sebuah panggung untuk mewadahi kreatifitas-kreatifitas mereka," lanjutnya.
Dengan demikian, lanjut Athan, para perancang muda ini punya panggung dan kesempatan yang sama dengan desainer yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Selain itu, perhelatan perdana ini menjadi penting untuk menumbuhkan semangat mereka untuk terus berkarya di tengah pandemi dan menampilkannya di sebuah acara fashion show dengan tatanan baru.
"Saya ingin IFP membuka wawasan dan cakrawala berpikir bagi semua orang, bahwa di tengah pandemi pun kita harus tetap optimis dan berkarya, terutama desainer fashion," lanjutnya.
Athan juga menambahkan bahwa pre-launching IFP ini merupakan tonggak lahirnya kembali semangat tersebut dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sesuai standar pemerintah, namun tetap berkarya dengan maksimal.
Athan optimis pada Oktober 2020 nanti IFP dihelat di Yogyakarta dengan panggung yang megah tapi tetap dengan pembatasan pengunjung.
“Kenapa di Yogyakarta, karena saya berpikir di Indonesia banyak seniman, terutama Yogyakarta adalah gudangnya seniman. Jadi saya berbangga hati jika bisa menggelar acara sebesar ini di Yogyakarta,†paparnya bersemangat.
"Walau semua akan dilaksanakan secara offline, kami membatasi pengunjung hanya kepada kerabat desainer. Setelah acara usai, akan kami kemas menjadi sebuah konten yang menarik untuk kemudian dipublikasikan ke seluruh platform digital dan media sosial," imbuhnya.
"Yang paling unik adalah, semua desainer yang terlibat tidak dikenakan tarif untuk mengikuti acara. Padahal biasanya fashion show seperti ini pasti mengharuskan desainer membayar biaya yang cukup mahal. Hal ini saya lakukan sebagai bentuk charity saya terhadap teman-teman desainer yang belum cukup beruntung," tambahnya.
"Dengan event seperti ini, mereka (desainer pemula) memiliki kesempatan dan panggung yang sama dengan desainer-desainer yang telah memiliki jam terbang cukup tinggi seperti Ari Santi, Eko Candra, Tari Made, Rachel Wang, Dimas Santoso dan banyak lagi," lanjutnya. (*)