Buntut Pernyataan Kontroversial, Supriyono Akhirnya Minta Maaf
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Setelah sehari sebelumnya digerudug massa dari relawan dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), anggota DPRD Bantul H Surpriyono MSi akhirnya meminta maaf secara terbuka, Selasa (23/2/2021) siang. Permintaan maaf dilakukan setelah digelar pertemuan antara Supriyono dengan relawan dan FPRB Bantul di ruang ketua DPRD Bantul.
Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua DPRD Bantul Hanung Raharjo ST, Wakil Ketua I DPRD Bantul Nur Subiyantoro SIKom, Wakil Ketua II H Subhan Nawawi, Wakil Ketua III Damba Aktivis, Johan Munandar dan Sadji SPd, Badan Kehormatan (BK) DPRD, Waljito, SH Ketua Umum Forum FPRB Kabupaten Bantul, A Yani, Anggota FPRB Bantul, Yasin perwakilan SAR DIY, Fristiawan perwakilan satgas Covid-19 DIY dan Pristiawan Buntoro, KomandanTRC BPBD DIY.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan relawan dan anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) se Kabupaten Bantul melakukan aksi unjuk rasa dan menggerudug DPRD Bantul. Massa datang dengan membawa peti jenazah bergambar anggota DPRD Bantul, H Supriyono MSi, dan diberi taburan bunga.
Peti mati itu juga ditempeli tulisan Geger Geden Kami Marah Kami Saki Hati !!. Nek Gak.Iso Nangani Pandemi Orasah Kakean Cangkem, Panjang Umur Relawan, Geger Geden Nex Perlu Gelut ! serta tulisan ain bernada kecaman terhadap anggota dewan tersebut.
Aksi itu dipicu pernyataan H supriyono MSi yang mengatakan pemakaman Covid adalah proyek. Dan orang meninggal dengan penyakit lain seperti kanker payudara dan gula juga dicovidkan. Dalam video yang berdurasi 30 detik dan beredar luas, politisi Partai Bulan Bintang (PBB) tersebut mengatakan jika hidup mati di tangan Allah SWT. Tapi sekarang apa-apa dikatakan kena Covid, dan dimakamkan seperti kirik (anjing, red).
"Dipendhem mak blesek. Gek iki jaman opo?," katanya dalam video yang diduga dalam acara pengajian tersebut. Dan dia menilai jika pemakaman jenazah Covid itu adalah proyek Dinkes.
Tidak Ada Niat
Dalam klarifikasinya H Supriyono mengatakan jika Sabtu pekan lalu dirinya diundang mengisi pengajian di Kulonprogo. Video yang beredar tersebut cuplikan saat acara tersebut.
“Saya percaya Covid, tapi kami menyampaikan kepada warga hanya sebatas memberikan keyakinan saja. Dan sama sekali dari lubuk hati yang paling dalam, tidak ada niat menyudutkan teman-teman relawan. Ketika teman-teman relawan melakukan kegiatan pemusalaran jenazah, saya juga merasa kasihan dan akan membantu dan bagaimana kebijakan pemerintah,” katanya.
“Andai video kemarin menjadi gejolak, kami sekali lagi minta maaf. Kami tidak melecehkan maupun menyudutkan. Sekali lagi, dari lubuk hati yang paling dalam, saya mohon maaf dan mengakui kekhilafan,” katanya.
Soal kaitan Covid, maksudnya adalah ada anggaran di Dinkes Bantul Rp 115 miliar agar ada transparansi dalam penggunaanya.
“Penyampaian saya itu tidak untuk keseluruhan. Hanya mencakup di acara tersebut. Kami juga tidak menyinggung dari pihak-pihak tertentu. Saya justru mau membantu teman-teman agar ada penghargaan. Ini semua mungkin menjadi pembelajaran dari saya. Sekali lagi saya mohon maaf semua kekurangan saya,” kata Supriyono.
Sementara Hanung berharap pertemuan ini menjadi solusi dan relawan maupun FPRB tetap bersemangat kembali dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. “Tetap semangat dan ini semoga menjadi jembatan silaturahmi yang baik,” katanya.
Sedangkan Waljito SH mengatakan, aksi kemarin murni, tidak ada unsur politis apa pun dan tidak ada tendensi tertentu. “Kami memohon penjelasan kaitan video yang beredar tersebut karena bisa menimbulkan stigma buruk yang ada dilapangan, bahkan akan menjadi melebar. Kegiatan kami hanya membantu pemerintah dengan kegiatan pemusalaran jenazah Covid,” kata Waljito.
“Kita ini tidak ingin diperjuangkan. Dari awal semangat kita ini bukan semangat materi, jadi ini dari lubuk hati yang paling dalam tanpa pamrih. Di sisi lain, jaga statemen yang akan memberikan stigma yang salah. Kami berharap situasi kembali sejuk,” lanjutnya.
“Dengan ini permasalan dengan FPRB kami anggap telah selesai,” tambahnya. (*)