Penanganan Stunting Rawan Salah Akibat Timbangan Bayi Tidak Akurat

Bayi yang seharusnya tidak stunting malah dilakukan penanganan yang tidak perlu.

Penanganan Stunting Rawan Salah Akibat Timbangan Bayi Tidak Akurat
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa melakukan tera ulang timbangan bayi di Kalurahan Pandowoharjo Sleman, Selasa (14/11/2023). (nila hastuti/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan faktor penyebab stunting tidak hanya dari segi kecukupan gizi. Namun pengukuran berat dan tinggi badan yang tidak tepat juga cukup rawan menjadi penyebab penanganan stunting yang salah.

“Keakuratan pengukuran berat dan tinggi badan balita memang cukup penting untuk penanganan stunting. Karena jika tidak tepat maka penanganannya dan pendataanya akan kurang optimal," kata Danang di sela-sela launching program Anting-anting Emas (Alat Ukur dan Timbangan Penting untuk Penanganan Stunting) Bersama Metrologi Legal Sleman di Kalurahan Pandowoharjo Sleman, Selasa (14/11/2023).

Danang menyebutkan, pengukuran yang tidak tepat dikhawatirkan dapat membuat bayi yang terindikasi stunting justru tidak dilakukan penanganan. Begitu pula sebaliknya, bayi yang seharusnya tidak stunting malah dilakukan penanganan yang tidak perlu.

Karena itu, menurut Danang, tera ulang timbangan atau alat penimbang berat dan tinggi badan bayi di Posyandu maupun Puskesmas sangat perlu dilakukan. Sehingga hasilnya dapat akurat lalu pemerintah juga dapat membuat program penanganannya.

ARTIKEL LAINNYA: Pemkab Sleman Jalin Kerjasama Dengan PT SBI Untuk Pengelolaan Sampah

"Bayi yang bobotnya kurang dari 2,5 kilogram itu stunting, sehingga dengan adanya keakuratan maka bisa dilakukan penanganan yang tepat," kata Danang.

Kondisi itulah yang mendasari Pemkab Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman meluncurkan program Anting-anting Emas.

Danang mengungkapkan, angka prevelensi stunting di Kabupaten Sleman berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SGSI) mengalami penurunan. Pada tahun 2021 angka penurunan stunting di wilayah tersebut sebesar 16 persen, lalu tahun 2022 menjadi 15 persen.

Kemudian, berdasarkan e-PPBGM angka stunting di Sleman mengalami penurunan 1,9 persen selama kurun waktu dua tahun. Yakni pada tahun 2021 sebesar 7,2 persen menjadi 6,88 persen di tahun 2022.

ARTIKEL LAINNYA: 45 Persen Anak di Dunia Jadi Korban, Hardjuno : Efektifkan Peran Satgas Anti Cyberbullying

"Apabila alat timbangan dan akat ukur tinggi badan tidak berfungsi dengan baik atau kurang akurat, dampaknya cukup mempengaruhi terhadap akurasi kenaikan atau penurunan angka stunting di Kabupaten Sleman," jelas Danang.

Kepala Disperindag Sleman, Mae Rusmi Suryaningsih, menyampaikan pada tahun 2023 ini pelayanan tera ulang Posyandu atau Anting-anting Emas bakal menyasar dua Kapanewon yakni Kapanewon Mlati dan Sleman.

Dari dua kapanewon tersebut sudah ada empat kalurahan yang sudah dilakukan tera ulang. Meliputi kalurahan Tridadi, Caturharjo, Triharjo dan Pandowoharjo. Sementara di luar dua kapanewon itu ada di Kalurahan Sidoarum, Godean.

"Data sementara UTTP Posyandu di Kalurahan yang sudah masuk di kami ada 186 unit dan 41 dinyatakan rusak atau tidak bisa ditera," kata Mae Rusmi. (*)