Berperan Saat Pandemi, Prodi Farmasi Jadi Peluang Bagus
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Tenaga kesehatan bidang farmasi sangat dibutuhkan pada pandemi Covid-19 saat ini. Karenanya profesi ini potensial untuk dikembangkan kedepannya melalui sektor pendidikan.
Apalagi saat ini di DIY baru ada satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang memiliki Program Doktor Ilmu Farmasi. Di tingkat nasional, total baru enam perguruan tinggi yang menyelenggarakan program doktoral ini
"Karenanya kami ikut mengembangkan program ini dengan membuka program doktoral di bidang farmasi," ujar Muchlas MT, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), saat penyerahan SK Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi tentang pembukaan Program Doktor Prodi Ilmu Farmasi UAD di kampus IV, Rabu (25/8/2021).
Namun, menurutnya, untuk membuka prodi ini bukan perkara yang mudah. Muchlas menyampaikan, perjuangan yang panjang dan dua kali melakukan pengajuan sudah dilakukan UAD.
UAD mengajukan ijin pertama kali dua tahun yang lalu. Namun ijin tersebut belum membuahkan hasil dengan alasan persyaratan yang belum lengkap. "Waktu itu kami baru memiliki satu dosen bergelar profesor," ujarnya.
UAD pun berupaya menambah jumlah guru besar di bidang Farmasi. Akhirnya kampus tersebut kini memiliki tiga profesor farmasi yakni Prof Ani Guntarti, Prof Dyah Aryani Perwitasari dan Prof Dr apt Nurkhasanah MSi.
Penambahan dua profesor Fakultas Farmasi ini akhirnya memudahkan kampus tersebut mendapatkan SK pembukaan prodi doktoral. Untuk itu prodi ini diharapkan bisa memberikan outcome dengan menciptakan banyak ahli farmasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Apalagi Program Doktor Ilmu Farmasi ini merupakan yang pertama di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA). Bahkan merupakan yang pertama di perguruan tinggi swasta (PTS) di DIY.
"Saat pandemi ini sangat pas agar para ahli farmasi bisa menemukan obat Covid dan penyakit-penyakit lainnya,” tandasnya.
Sementara Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY, Prof Dr Didi Achjari SE MCom Akt, mengungkapkan UAD mengajukan Program Doktor Ilmu Farmasi UAD pada September 2020 lalu. SK pendirian prodi pun turun sepuluh bulan kemudian.
“Kami yakin ke depan program ini menjadi unggulan karena memiliki banyak guru besar,” ungkapnya.
Didi berharap Program S3 Ilmu Farmasi UAD bisa membekali lulusannya dengan skill khusus. Di antaranya, perkembangan keilmuan berdasarkan revolusi industri 4.0, integrasi nilai Islam dalam pengembangan ilmu yang berdasarkan kajian halal. “Keunggulan ini menjadi ciri khas Prodi UAD," ujarnya. (*)