Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto Mengingatkan, Pernikahan Dini Memicu Stunting

Ketika perempuan menikah di usia muda, rahimnya belum siap untuk mengandung.

Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto Mengingatkan, Pernikahan Dini Memicu Stunting
Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota Komisi IX DPR RI, Minggu (6/8/2023), di Youth Center Sleman. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sukamto, mengajak masyarakat untuk merencanakan pernikahannya. Ini karena pernikahan dini menjadi salah satu faktor penyebab stunting.

Pesan tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana, Minggu (6/8/2023), di Youth Center Tlogoadi Mlati Sleman.

“Ketika perempuan menikah di usia muda, rahimnya belum siap untuk mengandung sehingga berpotensi melahirkan bayi stunting,” kata Sukamto.

Melalui kegiatan yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Komisi IX DPR RI dengan tujuan untuk menekan angka stunting di Indonesia termasuk di DIY, lebih lanjut Sukamto menyampaikan agar permasalahan tersebut menjadi perhatian para orang tua.

ARTIKEL LAINNYA: Jangan Dicap Negatif, Stunting Tak Pandang Keluarga Kaya atau Miskin

Terutama, kata dia, orang tua yang memiliki anak-anak berusia siap menikah. Alangkah baiknya pernikahan direncanakan secara matang. “Makanya kalau mau menikah itu direncanakan dulu. Orang tua jangan menikahkan anaknya di bawah 19 tahun, kalau bisa minimal 20 tahun,” ungkapnya.

Perencanaan berikutnya adalah persiapan kesehatan bagi masing-masing pasangan calon pengantin. “Tiga bulan sebelum menikah periksa dulu sehingga nanti waktu hamil rahimnya memang sudah siap untuk tidur bayi," kata Sukamto.

Dia menegaskan, stunting pada dasarnya bukanlah penyakit serta bukan takdir dari Tuhan. “Itu karena perbuatan kita sendiri. Stunting itu karena kekurangan gizi,” ucapnya.

Sukamto pun menyarankan para ibu hamil senantiasa memperhatikan asupan gizi. “Kalau bisa mengonsumsi dua telur dalam sehari. Kalau belum mampu menyiapkan itu, jangan menikah dulu," katanya.

ARTIKEL LAINNYA: Bupati Sleman Ajak Masyarakat Tingkatkan Harapan Hidup Melalui Senam

Narasumber lainnya pada sosialisasi yang diikuti ratusan peserta itu adalah Inspektur Utama BKKBN Pusat, Ari Dwikora Tono.

Dia menjelaskan Indonesia akan mengalami bonus demografi. Momentum Indonesia Emas 2045 harus bisa diwujudkan serta dimanfaatkan secara optimal agar generasi pada tahun itu merupakan generasi yang berkualitas.

Caranya adalah dengan menekan angka stunting, sebab stunting akan mempengaruhi kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia.

Saat menyampaikan pemaparan materinya, Ari menjelaskan stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehingga bayi yang lahir bobot dan panjangnya kurang.

Selain itu, lanjut dia, kecerdasan bayi juga tidak optimal. “Tentu ini akan mempengaruhi kualitas SDM mendatang. anak yang lahir stunting tidak dapat bersaing dengan anak lain," tandasnya.

ARTIKEL LAINNYA: Berpacu dengan Waktu, Bupati Sleman Memastikan TPSS Segera Digunakan

Dari aspek akademis, anak yang stunting akan kalah karena kecerdasannya tidak optimal. Begitu pula saat memasuki dunia kerja, anak stunting tidak bisa bersaing di pasar tenaga kerja. Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang memang mensyaratkan tinggi badan tertentu.

Ari pun meminta masyarakat merencakan pernikahan dan kelahiran dengan berpedoman pada 4T yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak.

Dalam kesempatan itu Kepala Perwakilan BKKBN  DIY, Andi Ritamariani, menyoroti pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai sejak pembuahan hingga anak usia dua tahun. Ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi, jangan sampai terjadi kekurangan gizi.

Ritamariani menyatakan setelah bayi lahir sebisa mungkin ibu hanya memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif kepada bayinya hingga usia 6 bulan.

“Setelah bayi berusia lebih 6 bulan, ibu bisa memberikan makanan pendamping ASI, namun tetap memberikan ASI hingga berusia 2 tahun,” kata dia.

ARTIKEL LAINNYA: Ketua Umum PP Muhammadiyah Bicara Ideologi Alternatif, Solusi untuk Mempertahankan Sikap Umat

ASI merupakan makanan yang paling cocok dan paling komplet untuk bayi. Inisiasi menyusui dini menjadi penting, karena bayi akan mendapat kolostrum.

“Kolostrum itu sangat baik untuk bayi, membentuk kekebalan tubuh bayi sehingga terhindar dari penyakit," ungkapnya.

Sedangkan Kepala Bidang K3 Dinas P3AP2KB Sleman, Muhammad Daroji, menyatakan perilaku merokok yang menyebabkan stunting. Merujuk hasil evaluasi, diketahui 64 persen anak stunting di Kabupaten Sleman berada di keluarga perokok.

Dalam jangka panjang, menurut dia, kondisi seperti itu  bisa memberikan risiko 5,5 kali lebih besar menyebabkan stunting.

“Paparan asap rokok bisa mengganggu absorpsi nutrisi, baik ibu hamil, bayi, bahkan bayi yang sudah dilahirkan. Padahal sering kita melihat bapak-bapak ini momong sambil merokok atau merokok di dekat istri yang sedang hamil," ujarnya.

Rangkaian acara sosialisasi selain diisi dengan diskusi dan tanya  jawab, juga dimeriahkan pengundian doorprize berupa peralatan elektronik. (*)