Wabah Corona Untungkan Industri Mebel DIY
KORANBERNAS.ID, JOGJA — Wabah virus corona di Cina nampaknya tidak hanya berimbas negatif pada perekonomian Indonesia. Tutupnya sejumlah penerbangan dari dan ke Cina serta berhentinya ekspor impor di negara itu justru berdampak positif bagi pengembangan industri mebel di Indonesia, termasuk di DIY.
Ketua Asmindo Komda DIY, Timbul Raharjo disela pengukuhan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (asmindo) Komda DIY, Selasa (04/02/2020) menyatakan hingga saat ini dirinya belum mendengar adanya perununan angka ekspor mebel keluar negeri pasca isu corona. Sebab selama ini pangsa pasar mebel asal DIY justru ke Eropa dan Amerika.
"Dengan berhentinya impor barang asal Cina pasca isu virus corona, DIY bisa mengambil peluang untuk melebarkan pasar mebel, baik domestik maupun mancanegara," lanjutnya.
“Kita mungkin justru diuntungkan karena orang tidak jadi (beli mebel) ke cina tapi ke indonesia. Tapi ini baru prediksi ya karena belum ada perubahan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan secara kreasi, perajin di DIY memiliki kemampuan yang baik terutama di bidang seni kerajinan dan juga di bidang mebel. Karena itu beberapa produk DIY selalu memenuhi event pameran di dunia.
"Bantul salah satu aspek penting karena menjadi “Mekkah-nya” kriya, selain ada kampus ISI (Institut Seni Indonesia-red) banyak produk dan seniman berkreasi di bantul. Selain itu kabupaten lain seperti Kulonprogo dan Gunungkidul sangat mendukung ketersediaan bahan yang menjadi tumpuan utama," paparnya.
Timbul menambahkan, desentralisasi industri mebel ke tingkat daerah perlu ditingkatkan bila ingin bersaing dengan Cina. Lebih dekatnya buyer dan perajin bisa memudahkan transaksi.
Namun regulasi dari pemerintah yang mendukung peningkatan industri mebel lokal sangat dibutuhkan. Sehingga perajin memiliki kesempatan untuk mengembangkan bisnis ke tingkat domestik.
“Kita mengharapkan investasi di daerah itu dua puluh persen melibatkan kearifan lokal. Misalnya setiap bikin hotel kok lukisan dari cina padahal kita punya banyak pelukis berkualitas. Kita butuh perda untuk mengatasi hal ini, agar perajin lokal bisa berdaya," tutupnya.
Sementara Tri Saktiyana, Asek Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY mengatakan, peluang ekspor mebel lokal maupun ke domestik dirasa cukup besar karena selama ini industri mebel dari Cina bersifat massal dan manufaktur. Sehingga tidak memiliki keunikan laiknya produk mebel lokal kita.
"Berbeda dengan industri mebel kita yang dibuat secara khusus. Ada karya cipta seni tersendiri yang tidak sama dengan lainnya," imbuhnya.
“Sedangkan produk mebel asal DIY tidak diproduksi secara massal. Ini bisa jadi pangsa pasar yang berbeda dan bisa kita manfaatkan karena kita punya industri mebel minat khusus yang didalamnya,” pungkasnya.(yve)