UNISA Yogyakarta Tak Ingin Jadi Kampus Menara Gading

UNISA Yogyakarta Tak Ingin Jadi Kampus Menara Gading

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Seiring perkembangan zaman, masyarakat menantikan bidang-bidang keilmuwan dari kalangan perguruan tinggi atau kampus yang bisa dirasakan manfaatnya.

Menyadari kebutuhan itu, jajaran pimpinan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berkomitmen memberikan kontribusinya kepada masyarakat.

“Kita tidak berorientasi pada menara gading, tetapi bagaimana para pakar hadir dan diakui oleh masyarakat, percuma menjadi pakar apabila hanya diakui oleh UNISA saja,” ucap Warsiti M Kep Sp Mat, Rektor UNISA Yogyakarta, Senin (13/2/2023), pada Media Gathering UNISA Yogyakarta Membangun Citra dan Reputasi Kepakaran UNISA Yogyakarta Melalui Sinergi bersama Media, Senin (13/2/2023), di Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Siti Moendjijah  Kampus Terpadu UNISA Yogyakarta Jalan Siliwangi (Ringroad Barat) Sleman.

Acara yang diikuti oleh jurnalis serta pimpinan redaksi media massa kali ini dihadiri Wakil Rektor II Bidang Keuangan, Umum dan Sumber Daya, Yuli Isnaeni SKp M Kep Sp Kom, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Agama Islam, Kemuhammadiyahan-Ke `Aisyiyahan, Dr Mufdlilah S SiT M Sc.

Hadir pula, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan M Ali Imron M Fis, Dekan Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora Mega Ardina SP MSc serta Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Hapsari Wahyuningsih ST M Sc.

Lebih lanjut, Warsiti menyampaikan salah satu kelemahan akademisi adalah penelitian yang selalu berorientasi dan bermuara pada jurnal.

Publikasi penelitian melalui jurnal ilmiah rata-rata di-review oleh pakar keilmuan yang sebidang. “Jurnal dibaca oleh sekelumit akademisi. Nggak mungkin simbah saya baca jurnal,” ujarnya bercanda.

Berbeda apabila karya ilmiah itu selain terbit di jurnal juga diolah sedemikian rupa kemudian dipublikasikan melalui media massa, maka semua pakar dari berbagai bidang keilmuan bisa ikut membaca.

Warsiti sepakat, kepakaran perlu diketahui oleh masyarakat secara luas. Caranya adalah melalui publikasi media massa. “Melalui sinergi ini kita semakin terbuka, dan kepakaran kita bisa memberi manfaat secara luas,” tambahnya.

Dia mengakui menulis jurnal memang susah apalagi menulis di media lebih susah lagi.

Sesi dialog Media Gathering yang diselenggarakan UNISA Yogyakarta, Senin (13/2/2023). (sholihul hadi/koranbernas.id)

Selaku narasumber, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (DIY) yang juga pimpinan Harian Jogja, Anton Wahyu Prihartono, mendorong jajaran sivitas akademika UNISA Yogyakarta lebih bersemangat menyampaikan keilmuannya melalui tulisan di media massa.

Baginya, menulis di media itu mudah. Ibarat orang bercerita, disertai tambahan berupa panduan kaidah-kaidah jurnalistik. Dorongan serupa disampaikan Fernan Rahadi selaku Redaktur Republika DIY-Jateng.

Memasuki sesi dialog yang berlangsung santai, Octo Lampito selaku Pemimpin Redaksi Kedaulatan Rakyat dan Putut Wiryawan sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi koranbernas.id menyampaikan sejumlah masukan kepada jajaran pimpinan UNISA Yogyakarta.

Harapannya, UNISA Yogyakarta yang berakar dari STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan pernah meraih predikat sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) terbaik di Indonesia tahun 2016, terus bertambah maju.

Pemeriksaan kesehatan fisioterapi, rangkaian acara Media Gathering UNISA Yogyakarta, Senin (13/2/2023). (sholihul hadi/koranbernas.id)

Dalam kesempatan itu Nosa Septiana Anindita S Pt M Biotech dari Fakultas Sains dan Teknologi  mengakui memang ada sisi kelemahan akademisi terkait penyederhanaan bahasa supaya gagasan dan pemikirannya mudah diterima oleh masyarakat.

Sedangkan M Ali Imron menyampaikan keunggulan UNISA Yogyakarta pada bidang fisioterapi. Tidak sedikit alumni kampus itu menyebar ke berbagai klub sepak bola.

Melengkapi acara itu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan fisioterapi, gizi dan umum untuk kalangan media.

Dalam waktu dekat, kampus UNISA Yogyakarta juga akan menjadi tempat pelaksanaan Musyawarah Wilayah (Muswil) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY. (*)