UGM Menyiapkan Masyarakat Sangihe Menyikapi Pemanasan Global

UGM Menyiapkan Masyarakat Sangihe Menyikapi Pemanasan Global

KORANBERNAS.ID, SANGIHE -- Tim peneliti Pusat Studi Teknologi Kelautan UGM, dengan dukungan LPDP dan DPkM UGM, melakukan penelitian untuk mengembangkan model pendidikan masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim berbasis kearifan lokal. Hal ini penting dilakukan, agar masyarakat siap dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan masyarakat segera bersiap untuk membantu mengurangi pemanasan global tersebut. Tim yang diketuai oleh Dr. Leni Heliani  (Kepala Pustek Kelautan UGM) dengan anggota Dr. Adhy Kurniawan, ST., M.Sc.; Dr.Eng. Ahmad  Sarwadi, M.Eng., Dr. Widya Nayati, M.A., Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, M.Si., Dr. Cecep Pratama, M.Si, Dr. Latif Sahubawa, M.Si.,  Dr. Bachtiar Wahyu Mutaqin, S.Kel., M.Sc. , Atrida Hadianti, ST., M.Sc., Ph.D. , Hilmiyati Ulinnuha, ST., M.Eng. dan Juswono Budisetiawan, S.Si., M.Sc. melakukan studi terkait kondisi meteorologi dan bencana lokal.  Proses studi dilakukan melalui observasi dan pengukuran lapangan serta wawancara dengan masyarakat di Sangihe Sulawesi Utara, khususnya di wilayah Tabukan Utara.

Anggota tim, Widya Nayati kepada koranbernas.id Rabu (29/9/2021) menjelaskan, Sangihe dipilih sebagai lokasi penelitian, karena wilayah Kepulauan Sangihe dipengaruhi oleh perubahan musim yang tidak menentu dan perubahan pola cuaca, yang dapat menyebabkan kondisi ekstrim cuaca yang lebih sering. Kenyataan ini dapat menimbulkan bencana, sehingga dapat membuat perekonomian para petani dan nelayan semakin tidak stabil dan rentan terhadap risiko perubahan iklim.

Tim UGM bekerja sama dengan Kelompok Masyarakat Sampire dan Yayasan Bina Masyarakat Sehat, mengidentifikasi dampak yang telah dan akan dialami masyarakat atas perubahan iklim global. Hasil identifikasi menemukan, bahwa berbagai aspek kehidupan masyarakat Sangihe dapat terdampak secara langsung karena wilayah ini merupakan wilayah kepulauan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi   laut yang dinamis.

Hal yang kemungkinan terdampak dan berefek negatif terhadap masyarakat, antara lain pola perubahan perikanan tangkap baik dari waktu maupun hasil tangkapan. Demikian juga dengan ketidak-nyamanan atas transportasi laut. Padahal masyarakat Sangihe sangat tergantung pada kondisi laut dan cuaca.  Dampak lainnya adalah kecukupan pangan dari tanaman di Sangihe.  Apabila ini terjadi, maka pasokan pangan di wilayah Sangihe—baik dari hasil laut maupun hasil pertanian—akan terkendala.  Bantuan dari luar juga akan terkendala karena cuaca buruk dan gelombang tinggi. Untuk itu, karena hasil penelitian ini sangat penting bagi masyarakat setempat, maka diperlukan desiminasi  hasil penelitian  ke masyarakat sesegera mungkin.

Kesiapan desiminasi dilakukan dengan melibatkan tim KKN PPM UGM Periode 2-2021 Desa Petta barat, Petta Timur dan Petta Selatan, Sangihe, dengan pembuatan modul pembelajaran, membuat poster dan  video terkait dengan kondisi perubahan iklim dan metoda adaptasinya. ToT telah dilakukan pada masyarakat, yaitu Kelompok Masyarakat Sampire dan Yayasan Bina Masyarakat Sehat sebagai mitra kegiatan. Dari hasil ToT ini, diperoleh 10 orang tangguh yang paham tentang  perubahan iklim dan adaptasi perubahan iklim, dan konsep adaptasi perubahan iklim. Diharapkan bersama dengan tim UGM, 10 orang ini akan  mendampingi masyarakat mengimplementasikan sesuai kearifan lokal di wilayah tempat tinggalnya.

Model pendidikan adaptasi perubahan iklim ini telah dikembangkan   dari berbagai kombinasi kompetensi tim UGM, dengan kemampuan konseptualnya dan tim mitra Sampire dan BMS dengan kemampuan praktis lapangan.

“Semoga apa yang dihasilkan dari Tabukan Utara Sangihe, dapat berkontribusi dalam pengembangan model pendidikan tentang usaha pengurangan pemanasan Global, yang paling sesuai dengan kondisi lokal. Hal ini penting karena wilayah Sangihe adalah wilayah terpencil dan terdepan Indonesia, memiliki risiko  bencana atas pemanasan global. Diharapkan kegiatan pembelajaran tentang pengurangan pemanasan global berbasis budaya lokal ini, dapat  mengurangi bencana karena cuaca sehingga kegiatan ekonomi mereka dapat lebih baik dari saat ini,” kata Widya. *