Terdampak Pandemi, BNPB Kembangkan Perekonomian Daerah

Terdampak Pandemi, BNPB Kembangkan Perekonomian Daerah

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi COVID-19 membuat sektor ekonomi di berbagai terdampak. Termasuk kelompok masyarakat yang selama ini mendapatkan pendampingan usaha dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).  

Karenanya sejumlah program pemulihan ekonomi digagas bagi kelompok masyarakat yang terdampak. Salah satunya melalui program “Dukungan Pemasaran Hasil Pendampingan pada Kelompok Terdampak Bencana” melalui pameran.

"Kondisi pandemi Covid-19 tersebut tidak boleh menyurutkan semangat. Kondisi ini justru dapat menjadi momentum kebangkitan," ungkap Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Ir Rifai MBA disela pameran di Jogja City Mall (JCM) yang digelar 24-27 September 2020.

Menurut Rifai, program pendampingan sangat penting karena menjadi upaya penanganan dampak bencana yang terjadi. Apalagi pemerintah daerah memerlukan sumber pendapat kembali pasca bencana.

BNPB ikut berperan dalam melakukan rehabilitasi dan rekontruksi ekonomi masyarakat yang diterpa bencana. Diantaraanya dengan pemasaran hasil pendampingan pada kelompok terdampak bencana.

"Banyak elemen penting hilang seperti sumber pendapatan ekonomi dikarenakan rusaknya fasilitas, alat, bahan dan market produksi, ini yang coba kami ikut bantu perbaiki," ujarnya.

Rifai menambahkan, di era industri 4.0 BPNB fokus pada pengembangan digitalisasi, khususnya kepada usaha warga terdampak bencana. Salah satunya dengan menggandeng e-commerce untuk memasarkan produk masyarakat terdampak bencana.

Sebanyak 200 mitra binaan sudah mendapatkan pendampingan saat ini. Diantaranya produk yang ikut dipamerankan seperti bawang putih “Black Garlic” yang sudah menembus pangsa pasar eropa, kopi “Kepahiang” Bengkulu, kopi “Sajang” Lombok Timur, NTB, UKM kopi “Karya Mandiri” Lombok Barat, NTB dan “Baratas Coffee” Banjarnegara, Jateng. Selain itu juga produk olahan lain seperti coklat seperti tepung “Mocaf” dari Sumedang, produk kerajinan pakaian “Jogjavanesia” dari Kulon Progo, dan kain tenun “lurik tenun sari” dan batik tulis “Melathi Wijaya” dari Sukoharjo.

“Sekarang dunia dipersempit dengan digitalisasi, untuk itu dengan pandemi Covid-19 ini semua aspek kehidupan harus merubah sistem. Yang kita kenal selama ini dengan transaksi ofline, sekarang harus online,” jelasnya.

Saat ini BPNB sudah memiliki lebih dari 200 mitra binaan. Beberapa produk yang sudah diproduksi dan ditampilkan dalam pameran diantaranya olahan bawang putih “Black Garlic” yang sudah menembus pangsa pasar eropa, kopi “Kepahiang” Bengkulu, kopi “Sajang” Lombok Timur, NTB, UKM kopi “Karya Mandiri” Lombok Barat, NTB dan “Baratas Coffee” Banjarnegara, Jateng.

"Selain itu juga produk olahan lain seperti coklat seperti tepung “Mocaf” dari Sumedang, produk kerajinan pakaian “Jogjavanesia” dari Kulon Progo. Juga kain tenun “lurik tenun sari” dan batik tulis “Melathi Wijaya” dari Sukoharjo," jelasnya

Sementara Kepala BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengungkapkan dukungan BNPB sangat bermanfaat pada rehabilitasi DIY pasca bencana. Sehingga sektor perekonomian bisa segera pulih.

"Potensi lokal pun akhirnya bisa dikembangkan dan memberdayakan masyarakat," imbuhnya.(*)