Subardi : Nurani Saya Tersentuh Oleh Perjuangan Wahid

Subardi : Nurani Saya Tersentuh Oleh Perjuangan Wahid

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO--Beberapa hari lalu, masyarakat dibuat kagum dengan perjuangan bocah asal Kulonprogo DIY bernama Muhammad Wahid (8). Kisahnya viral di jagat maya. Ia terpaksa jarang sekolah demi membantu ibunya, Wagini (40) yang menderita lumpuh.

Perjuangan Wahid mendapat perhatian dari Anggota DPR RI Fraksi NasDem, Subardi. Legislator di Komisi II itu datang mengunjungi tempat tinggal Wahid di Padukuhan Sambiroto, Kalurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo, Kamis sore (24/2/2022).

Dalam rilisna, Subardi mengaku terpanggil atas kisah Wahid. Ia datang memberikan sejumlah bantuan, termasuk membawa dokter untuk memeriksa langsung kondisi Wagini.

“Hati nurani saya terpanggil. Saya ajak dokter ke sini memeriksa bu Wagini. Harapannya sakit Bu Wagini bisa sembuh. Kalau sudah diperiksa, direkam medis, penanganannya akan lebih baik,” ucap Subardi di hadapan Wagini.

Di kesempatan itu, Subardi juga menyerahkan alat bantu jalan (walker) dan alat terapi kesehatan berteknologi infrared kepada Wagini. Alat bantu tersebut diperagakan langsung oleh dokter dan turut disaksikan oleh Wahid, anaknya.

“Sebelumnya, saya sudah mendengar kalau ibunya lumpuh. Makanya saya bawakan walker dan infrared untuk terapi pemulihan. Tentu alat-alat ini atas saran dokter,” imbuh wakil rakyat dari Dapil DIY itu.

Wagini, menderita Myasthenia Gravis (MG), sebuah penyakit autoimun yang menyebabkan gangguan neuromuskuler, yaitu kondisi yang mengganggu sistem otot dan saraf. Penyakit ini diderita Wagini sejak 2014. Kondisinya kian parah hingga pada 2021, kaki dan sebagian tubuhnya lumpuh.

Selama menjalani terapi, Subardi juga menugaskan koordinator Rumah Aspirasinya di Kulonprogo untuk rutin membawa Wagini ke Rumah Sakit (RS). Menurutnya, kontrol secara berkala penting untuk melihat perkembangan Wagini.

“Saya minta kepada tim di Kulonprogo untuk memeriksakan secara rutin ke RS terdekat. Apalagi, bu Wagini memiliki BPJS sehingga lebih mudah. Keinginan bu Wagini hanya satu, ia ingin sembuh. Ingin pulih seperti semula,” tutur Ketua DPW NasDem DIY itu.

Sementara Wahid tampak duduk menepi melihat ibunya diperiksa dokter. Sehari-hari bocah pendiam itu kehilangan waktu bermain bersama teman-temannya. Wahid hanya bisa bermain tak jauh dari rumahnya, agar bisa memantau sang ibu.

 

Wahid hidup sebatangkara bersama ibunya. Sang ayah telah lama pergi meninggalkan keluarganya sejak Wahid masih balita. Wahid merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya, Iwan Nursalam (14), jarang di rumah karena bekerja mencari kelapa. Iwan putus sekolah. Seharusnya ia duduk kelas 1 SMP. Sementara Wahid masih tercatat sebagai siswa kelas 2 di SD Negeri Sambiroto meski terpaksa jarang bersekolah.

“Sejak menderita lumpuh, Wahid merawat ibunya mulai dari bersih-bersih, mencari kayu bakar, memasak, hingga kadang-kadang ikut menjual kelapa. Bakti Wahid kepada sang ibu sungguh membuat saya kagum,” pungkas Subardi. (*)