Sinergikan Budaya Jogja dan Jawa Barat, Butet dan Emil Ingin Dinginkan Suhu Politik

Sinergikan Budaya Jogja dan Jawa Barat, Butet dan Emil Ingin Dinginkan Suhu Politik

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dalam lawatannya ke Yogyakarta selama dua hari ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyempatkan diri untuk menemui seniman Butet Kartaredjasa. Tepat pukul 11:08 WIB, Kang Emil datang ke kediaman Butet di Dusun Kembaran, Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Butet yang menggunakan baju kaos berwarna biru telur asin menyambut Emil yang juga berbaju santai dengan kaos warna hitam. Keduanya langsung menuju ke bangunan Joglo yang terletak di bagian belakang rumah utama.

Dalam perjalanan, Butet menunjukkan beberapa koleksi lukisan yang ditata apik di ruang tamu dan lorong rumahnya. Lukisan-lukisan tersebut antara lain lukisan Diponegoro muda, yaitu penggambaran masa muda Pangeran Diponegoro yang diambil dari pupuh Babad Diponegoro karya seniman Sigit Santoso.

Butet juga memperlihatkan hasil lukisan pribadi yang Ia buat setelah ingatan berseni rupa-nya kembali. Tepatnya setelah dioperasi DSA (Digital Subtraction Angiography atau pemeriksaan yang memberikan gambaran permukaan bagian dalam pembuluh darah, biasa digunakan untuk pengobatan stroke.

Butet mengatakan, setelah dioperasi DSA oleh dr Terawan pada 2015 ingatan-ingatan seni rupa pada dirinya kembali, termasuk menimbulkan keinginan untuk melukis.

“Lama saya gak melukis, tapi pada 2015 itu saya tergerak untuk melukis tapi gak mau melukis di kanvas, saya maunya di media yang baru. Saya berkenalan dengan keramik,” kata Butet, di kediamannya Rabu (6/4/2022).

Selanjutnya, kedua orang seni ini berbincang-bincang selama kurang lebih 90 menit di joglo kediaman Butet Kartaredjasa, kali ini Butet ditemani seniman Ong Hari Wahyu.

Dalam kunjungan kali ini, Butet memperlihatkan beragam koleksi seni yang dimilikinya kepada Kang Emil. Keduanya juga saling bercerita tentang beragam aktivitas yang dilakukan saat ini.

“Ada hal yang sangat inspiratif yang bisa tercetus kan dari percakapan tadi, yaitu tentang rekonsiliasi kultural Jawa dan Sunda. Karena kalau kita mengingat sejarah, seperti ada ketegangan dua kultur ini,” kata Butet kepada wartawan seusai perbincangan tersebut.

“Saya punya buku lama bertuliskan aksara Jawa, tulis tangan, bukan cetak, yang saya dapatkan dari pedagang antik. Salah satu dari buku itu adalah kitab Babad Pajajaran. Saya belum pernah membaca itu, Kang Emil dalam rangka berpikir untuk membangun kehangatan Jawa dan Sunda akan memberikan dukungan penuh untuk melatinkan kitab itu,”papar Butet.

Butet melanjutkan, Kang Emil akan memberikan dukungan penuh padanya untuk mengalihbahasakan kitab Babad Pajajaran yang merupakan salah satu koleksi buku antik miliknya.

Butet berharap, yang dilakukan Kang Emil akan membuat buku tersebut dapat dibaca masyarakat luas dalam huruf yang bisa dibaca. Apalagi buku tersebut akan diprosakan dalam narasi yang bisa dibaca oleh manusia hari ini.

“Tentu ini akan melibatkan sastrawan, penyair, untuk prosa sehingga nanti orang Jawa dan Sunda bisa membaca nilai-nilai kearifan budaya dari kitab Babad Pajajaran yang ditulis pujangga di masa lalu,” jelasnya.

Ridwan Kamil mengungkapkan, kedatangannya ke rumah Butet sebagai kunjungan kawan lama yang sudah lama saling berinteraksi. Butet di mata Kang Emil dan banyak orang menjadi inspirasi di bidang seni.

“Kalau dulu ada kunjungan dengan Ngarso Dalem, maka tahap duanya di level komunitasnya, maka di tahun 2022 seiring Covid-19 yang surut, mungkin ada kerjasama antara seniman jogja mewakili Jawa dengan seniman Jawa Barat mewakili Sunda,” ungkapnya.

Rencana pengalihbahasaan Babad Pajajaran yang belum pernah diketahui isinya, lanjut Kang Emil akan dibiayainya secara penuh. Selain diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau latin, babad tersebut ke depan akan dicarikan bentuk-bentuk ekspresinya.

Dialog budaya tersebut diharapkan dapat mendinginkan suhu politik yang saat ini tengah panas. Dengan kerjasama Jogja dan Jawa Barat tersebut maka akan memberikan kesejukan.

“Kunjungan saya ke sini sebagai kawan dan melanjutkan dialog budaya yang sangat diperlukan saat ini,” tutup Emil. (*)