Perempuan Lebih Terdampak Perubahan Iklim

Penggunaan energi kotor menjadi salah satu penyebab.

Perempuan Lebih Terdampak Perubahan Iklim
Purwantining Tyas, Project Manager PKBI DIY. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Perubahan iklim dan pemanasan global memberikan dampak besar bagi kehidupan di bumi termasuk kehidupan manusia. Dampak perubahan iklim tidak hanya dirasakan oleh laki-laki, tetapi juga perempuan, terutama perempuan dan masyarakat rentan.

Dalam diskusi yang digelar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY bersama media, Jumat (6/10/2023), Dimas R Perdana selaku Deputi Direktur Walhi Yogyakarta mengungkapkan perempuan dan masyarakat rentan lebih terdampak perubahan iklim.

Ini karena mereka memiliki peran penting dalam keluarga, seperti menjaga sumber air, pangan dan kesehatan keluarga.

"Ketika perubahan iklim terjadi, perempuan akan menjadi kelompok yang paling terdampak karena mereka memiliki keterbatasan pengambilan kebijakan," ujarnya.

Hal ini, lanjut Dimas, dapat menyebabkan stres, kurangnya asupan gizi dan beban tanggung jawab yang lebih besar, yang dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental perempuan.

ARTIKEL LAINNYA: Politisi Perempuan Jangan hanya untuk Memenuhi Kuota

Dimas menambahkan, penggunaan energi kotor menjadi salah satu penyebab semakin parahnya kondisi perubahan iklim di Yogyakarta. Saat ini, energi terbarukan hanya digunakan 15 persen, sementara dominasi PLTU Batubara masih belum berkurang.

Pemerintah perlu memperhatikan dampak perubahan iklim terhadap perempuan dan masyarakat rentan, serta mengembangkan program adaptasi perubahan iklim yang berpihak pada perempuan.

"Negara saat ini hanya fokus dengan mitigasi, belum ada bantuan bagi warga terdampak perubahan iklim ini. Kita bicara perubahan iklim selalu berbasis program besar," tambahnya.

Walhi, kata dia, mendorong dilaksanakannya langkah-langkah, bukan lagi mitigasi namun adaptasi, mengingat bumi sudah mendidih dan perubahan iklim sudah terjadi. “Harapannya ada skema pembiayaan adaptasi perubahan iklim," kata Dimas.

Purwantining Tyas selaku Project Manager PKBI DIY menambahkan, peran di keluarga saat ini masih diampu perempuan. Mereka menjaga sumber air, pangan bahkan kesehatan keluarga. Di sisi lain dia memiliki keterbatasan pengambilan kebijakan. Perempuan yang tidak sehat, ketika hamil bisa lahir sebagai disabilitas.

"Penyebabnya stres, kurangnya asupan gizi juga beban tanggung jawab yang diemban di keluarga. Situasi ini berdampak pada mental perempuan. Bagaimana beban berat ini akan semakin terasa bagi mereka membawa konsekuensi mental," ujarnya. (*)