Sindir Elite Politik, Mahasiswa Peduli Demokrasi Gelar Aksi Diam

Para pejabat negara dinilai melupakan marwah demokrasi dengan memakai "topeng".

Sindir Elite Politik, Mahasiswa Peduli Demokrasi Gelar Aksi Diam
Aksi Diam yang dilakukan oleh Mahasiswa Peduli Demokrasi di kawasan Tugu Jogja. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id) 
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA - Sekelompok pemuda-pemudi yang tergabung dalam Mahasiswa Peduli Demokrasi melakukan Aksi Diam pada Kamis, (23/11/2023) di Tugu Pal Putih, Yogyakarta.

"Aksi diam ini merupakan simbolisasi keprihatinan mendalam terhadap kondisi demokrasi di Indonesia," kata Kholil, koordinator aksi saat ditemui di sela aksi tersebut.

Dengan menggunakan tagar #ReformasiDikorupsi, kelompok mahasiswa menyoroti sejumlah isu kritis, termasuk Pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Omnibus Law, dan intervensi terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Semua ini dianggap sebagai bukti nyata bahwa fondasi demokrasi di Indonesia sedang mengalami masalah serius.

Dalam aksi, mahasiswa peduli demokrasi memakai topeng Guy Fawkes Mask yang pernah populer DI film V For Vendetta (2005) sebagai simbol dari elit politik yang dianggap berpura-pura di balik topeng demokrasi, namun melakukan tindakan-tindakan anti-demokrasi.

"Kami, mahasiswa peduli demokrasi, melakukan aksi diam sebagai bentuk protes terhadap elit politik yang selama ini berpura-pura di balik topeng demokrasi, namun ternyata melakukan tindakan-tindakan yang anti-demokrasi," lanjut Kholil.

Mereka juga mengutip beberapa contoh tindakan anti-demokrasi yang dilakukan oleh elit politik, seperti korupsi yang merajalela di tubuh lembaga-lembaga negara, pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), penerapan Omnibus Law yang mereka nilai melanggar konstitusi, dan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.

"Kami menilai bahwa tindakan-tindakan tersebut telah melanggar konstitusi dan merusak demokrasi di Indonesia," tegasnya.

Aksi diam ini juga disuarakan sebagai respons terhadap carut-marut hubungan antarlembaga negara yang membuat masyarakat bingung.

"Masyarakat tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah," kata dia.

Dengan tindakan ini, mahasiswa berharap agar elit politik mau membuka topeng dan menunjukkan wajah aslinya kepada masyarakat. Mereka juga menyerukan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani dan keinginan rakyat.

"Kami percaya bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terbuka dan tidak akan mudah tertipu oleh topeng-topeng yang dikenakan oleh elite politik," tambahnya.

Selain itu, mahasiswa peduli demokrasi juga berharap agar lembaga-lembaga demokrasi, seperti KPK, dapat dipulihkan kembali agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

"Aksi diam ini kami lakukan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Kami berharapan besar untuk perubahan positif dalam tatanan demokrasi Indonesia," pungkasnya.(*)