Semakin Sulit Mencari Buruh Tani, Pemerintah Mendorong Mekanisasi Pertanian

Pemakaian Combine Harvester dua jam setara enam orang buruh tani yang bekerja tujuh jam.

Semakin Sulit Mencari Buruh Tani, Pemerintah Mendorong Mekanisasi Pertanian
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih naik mesin pemanen padi bantuan dari Kementerian Pertanian. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih menyerahkan alat mesin pertanian (alsintan) bagi kelompok tani di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Selasa (6/2/2024).

Alat yang diserahkan berupa enam unit Combine Harvester  (alat pemanen padi) berukuran besar kepada Gapoktan penerima pantuan serta 19 unit Power Threser (alat perontok padi)  multiguna. Bantuan itu bersumber APBN Tahun Anggaran (TA) 2023-2024 melalui Kementerian Pertanian RI.

"Saya sangat berharap adanya penataan sektor pertanian akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat Bantul," kata Halim.

Saat ini ada tiga hal yang masih menjadi kendala para petani yakni irigasi, mekanisasi dan kelangkaan pupuk.

'Kita coba atasi dan mengurus masalah itu ke Jakarta. Dan memang mekanisme adalah salah satu yang kita butuhkan, di saat mencari tenaga kerja sektor pertanian itu sulit. Regenerasi di sektor pertanian agak susah, memang SDM itu adalah salah satu kendala. Maka petani harus mulai menggunakan alsintan atau melakukan mekanisasi di sektor pertanian guna mengatasi persoalan tadi," kata bupati.

Penyerahan alsintan kepada petani di Bantul melalui bupati. Bantuan itu berasal dari pemerintah pusat. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Melalui penggunaan alat mesin pertanian sekaligus menghasilkan efisiensi pada sektor pertanian.

Masalah pangan, lanjut Halim, menjadi perhatian pemerintah. “Agar bagaimana bisa menyediakan pangan dengan jumlah  cukup dan kualitas memadai. Termasuk untuk memenuhi kebutuhan jumlah penduduk Bantul sekitar 1 juta jiwa,” ungkapnya.

Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo MSi, mengatakan panen padi merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu oleh petani selama hampir empat bulan. Saatnya petani memetik hasil tanaman padinya.

“Pemanenan seharusnya dilakukan pada umur yang tepat, karena ketidaktepatan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi yang tentunya dapat merugikan petani,” jelasnya.

Panen padi selama ini menggunakan ani-ani dan arit atau sabit selanjutnya dikembangkan menjadi sabit bergerigi yang lebih mudah penggunaannya.

ARTIKEL LAINNYA: BKKBN Gencar Sosialisasi Program Bangga Kencana, Stunting Bisa Menghambat Indonesia Emas 2045

Penggunaan alat tersebut membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak dan waktu yang panjang serta biaya cukup besar. Sementara jumlah buruh tani semakin hari jumlahnya semakin menurun.

"Hal ini menyebabkan waktu panen yang mundur akibat menunggu antrean panen. Panen dilakukan pada saat yang tidak tepat yang berdampak pada penurunan hasil panen karena kehilangan hasil," katanya.

Adanya Combine harvester sebagai alat pemanen padi modern, menurut dia,  tentu sangat membantu. Alat tersebut dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan di lahan sawah.

“Dengan penggunaan alat pertanian modern seperti Combine Harvester ini maka waktu pemanenan padi lebih cepat dan biaya yang digunakan dapat ditekan. Dengan demikian masalah keterbatasan jumlah buruh panen bisa tertatasi,” tambahnya.

Pemakaian Combine Harvester dua jam setara dengan enam orang buruh tani yang bekerja tujuh jam. Ini tentu akan sangat menghemat tenaga kerja karena untuk memanen sawah seluas 1 hektar hanya dibutuhkan waktu 1 - 2 jam saja.

ARTIKEL LAINNYA: Ironi Remaja di Kota Pendidikan, Banyak yang Gagal Kuliah Karena Biaya

“Bila menggunakan tenaga manusia membutuhkan waktu seharian dengan jumlah tenaga kerja yang banyak dan menimbulkan pemborosan karena harus membayar upah yang banyak,” kata dia.

Saat ini, lanjut Joko, di Kabupaten Bantul terdapat 75 Gapoktan, 855 Kelompok Tani, 503 KWT dan 36 Taruna Tani (Sumber Data Seksi Penyuluhan).

Pada tahun 2023, Kabupaten Bantul memperoleh tambahan alat mesin pertanian (pra dan pascapanen) dari APBN dan APBD sebanyak 88 unit.

Terdiri dari Combine Harvester Besar 8 unit, Combine Harvester kecil 2 unit, Power Thresher 22 unit, Cultivator (alat mengolah tanah di lahan kering) 12 unit, hand tractor 14 unit, hand sprayer 17 unit dan pompa air 13 unit. (*)