BKKBN Gencar Sosialisasi Program Bangga Kencana, Stunting Bisa Menghambat Indonesia Emas 2045
Stunting bisa menghambat terwujudnya cita-cita membentuk generasi unggul.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) gencar melaksanakan sosialisasi Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana).
Kali ini, melalui kegiatan yang diinisiasi oleh mitra kerjanya yaitu anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto, Kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi DIY tersebut digelar di Balai Aspirasi Masyarakat Kalurahan Sinduadi Mlati Sleman, Sabtu (3/2/2024).
Salah satu fokus kegiatan itu adalah menekan angka stunting. Masyarakat perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman bahwa stunting bukanlah penyakit. Selain itu, stunting juga tidak menular.
“Stunting adalah suatu kondisi akibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000 hari pertama kehidupan (nol sampai 24 bulan) disebabkan oleh gizi kronis serta penyakit yang berulang,” ungkap Wildan Solichin, Kepala DP3AP2 (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk) Kabupaten Sleman.
Sebagai pemateri pada kegiatan itu bersama Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi DIY Andi Ritamariani, lebih lanjut Wildan menyampaikan apabila tidak ditangani serius dikhawatirkan stunting bisa menghambat terwujudnya cita-cita membentuk generasi unggul demi meraih Indonesia Emas 2045.
Pembukaan Kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi DIY, Sabtu (3/2/2024), di Balai Aspirasi Masyarakat Sinduadi Sleman. (istimewa)
Menurut dia, di sinilah pentingnya menjaga kesehatan calon ibu maupun ibu hamil supaya tercukupi gizi dan proteinnya. “Jika gizi tidak tercukupi bayi yang dilahirkan kondisi fisik dan otaknya tidak berkembang sebagaimana bayi normal,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, salah satu upaya mencegah stunting adalah tidak menikah terlalu muda atau sebaliknya terlalu tua di atas 35 tahun. Seorang ibu yang menikah pada usia 21 tahun dinilai kandungannya lebih siap.
Wildan menyarankan tiga bulan sebelum menikah seyogianya calon pengantin mendaftarkan diri di KUA (Kantor Urusan Agama) agar bisa mengikuti sekolah calon pengantin, semacam bimbingan teknis atau edukasi.
Harapannya, mereka memperoleh bekal sehingga lebih siap saat hamil dan menyusui serta merawat bayi sejak dari kandungan sampai lahir supaya tidak stunting.
Dia juga mengajak semua semua pihak untuk bersama-sama mencegah stunting. “Mencegah lebih mudah daripada mengatasi stunting,” kata dia.
Sesi foto bersama narasumber, tamu undangan dan peserta Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi DIY, Sabtu (3/2/2024). (istimewa)
Andi Ritamariani menambahkan, BKKBN memiliki komitmen kuat menjalankan Program Bangga Kencana. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, maupun Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Adapun kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi DIY, menurut dia, merupakan bagian dari upaya mendekatkan Program Bangga Kencana kepada masyarakat.
Pihaknya juga ingin menghadirkan peran BKKBN dalam mencegah terjadinya anak stunting. “Kami hadir di sini bersama Pak Sukamto sebagai mitra kerja BKKBN,” ungkapnya.
Rita menyatakan, bertepatan dengan 100 tahun Kemerdekaan RI pada tahun 2045 negara ini memasuki Indonesia Emas. Muncul pertanyaan, bisakah generasi emas 2045 terwujud apabila angka stunting masih tinggi?
Dijelaskan, angka stunting DIY masih pada kisaran 16,4 persen. Melalui berbagai kegiatan serta program yang digelar bekerja sama dengan seluruh stakeholder termasuk Komisi IX DPR RI, diharapkan angka stunting di Provinsi DIY turun menjadi 14 persen, tahun ini. “Pemerintah hadir salah satunya melalui kegiatan seperti saat ini,” kata Rita.
ARTIKEL LAINNYA: Penetrasi ke Jogja, Jenna & Kaia Usung Konsep Bergaya Tapi Nyaman Dipakai
Sedangkan Sukamto saat memberikan pengarahan, sambutan dan memandu jalannya dialog menegaskan pentingnya komitmen yang kuat untuk menekan angka stunting. Setiap keluarga pasti tidak menginginkan anaknya stunting.
Kenapa? Menurut Sukamto, stunting bisa memberatkan keluarga. “Anak stunting pasti menjadi beban orang tua. Selamanya. Bahkan ada orang tua merasa sedih memikirkan siapa yang akan merawat anaknya jika dirinya meninggal,” kata Sukamto.
Lebih jauh, anggota legislatif pusat yang pada Pemilu 2024 maju lagi lewat Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten itu menyampaikan empat hal yang perlu dijadikan pedoman pencegahan stunting.
Yaitu, jangan terlalu muda menikah atau jangan terlalu tua. Kemudian, jarak kelahiran anak jangan terlalu dekat serta jangan terlalu banyak.
Selain diisi diskusi dan tanya jawab, kegiatan yang dihadiri ratusan peserta itu juga dimeriahkan pengundian doorprize. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama panitia.
Pada forum diskusi internal setelah acara resmi ditutup, Sukamto yang oleh DPP PKB diplot sebagai Calon Bupati Sleman pada Pilkada 2024 itu memohon dukungan dan doa restu agar sukses mengikuti Pemilu 2024. (*)