Selain Tiket, Wisatawan Harus Berstiker untuk Masuk ke Taman Wisata Candi

Selain Tiket, Wisatawan Harus Berstiker untuk Masuk ke Taman Wisata Candi

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Setelah 3 bulan menutup pintu dari pengunjung, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero), awal Juni 2020 akan mulai beroperasi dan menerima kunjungan. Tapi, bermodal tiket masuk saja, belum menjamin wisatawan bisa masuk ke kawasan wisata ini.

“Selain tiket masuk, pengunjung harus mengenakan stiker khusus. Ada stiker warna hijau, kuning dan merah. Pengunjung dengan stiker hijau boleh masuk bebas di kawasan Taman Wisata. Pemakai stiker warna kuning, juga boleh masuk tapi dalam pemantauan tim kami. Sedangkan yang berstiker merah, sama sekali tidak boleh masuk, dan kita arahkan ke klinik kita. Atau kalau dia datang sendiri (bukan rombongan-red), maka kita minta untuk pulang,” kata Dirut PT TWC , Edy Setijono, Senin (18/5/2020).

Edy mengatakan, mengenakan stiker ini merupakan bagian dari protokol kesehatan yang wajib diikuti oleh setiap pengunjung. Pilihan warna stiker yang mereka kenakan, ditentukan setelah mereka menjalani tes suhu tubuh di pintu masuk ke taman wisata.

Langkah ini, menjadi prosedur menuju “The New Normal” atau normal baru Pariwisata, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero). Manajemen menerapkan protokol Covid-19, sejak pengunjung melintas di satu-satunya pintu masuk, saat menjalani tes suhu tubuh, hingga saat berkeliling di taman.

“Persiapan telah kita lakukan. Kita ingin memperbaiki dan meningkatkan standar kualitas pelayanan menuju pariwisata yang bersih, sehat, dan aman untuk menerima seluruh wisatawan yang berkunjung,”lanjutnya.

Edy menjelaskan, sesuai dengan arahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang akan menerapkan program CHS (Cleanliness, Health, and Safety), di setiap destinasi pariwisata.

The New Normal Pariwisata yang dilakukan TWC, meliputi ketentuan bahwa seluruh wisatawan yang masuk harus menggunakan masker, dilakukan pengecekan suhu tubuh, melakukan visitor management yang menerapkan physical distancing, menyediakan hand washing stations tiap 100 meter, signage dan information board protocol Covid-19, serta menempatkan customer service secara mobile.

Upaya lain dilakukan dengan mengurangi interaksi antara petugas dan wisatawan. Manajemen akan menerapkan sistem pembayaran sebagian loket tiketing secara cashless di destinasi wisata kelolaannya. Kemudian akses pintu masuk hanya disiapkan satu jalur, dan kunjungan untuk sementara dibatasi di area taman wisata.

Bukan hanya pengunjung, protokol kesehatan juga diberlakukan untuk para pedagang yang selama ini beraktivitas di lingkungan dalam PT TWC.

Mereka diminta ikut menjaga kenyamanan dan kebersihan lingkungan, mengikuti protokol kesehatan Cobid-19 di area mereka berdagang. Pihak TWC, juga menyiapkan pelayanan kesehatan yang prima dengan tenaga dan ruang medis yang memadai.

Edy memperkirakan, skenario yang disiapkan, cukup untuk mengantisipasi jumlah pengunjung yang kemungkinan akan mulai berdatangan memanfaatkan libur lebaran. Namun, pihaknya juga menyiapkan langkah-langkah antisipasi manakala ternyata kunjungan wisatawan cukup tinggi.

“Prioritas kami tetap protokol kesehatan. Kita siapkan skenario dengan membagi kelompok pengunjung dalam jumlah tertentu, sehingga tidak terjadi kerumunan baik di loket, di jalur pintu masuk maupun di dalam lokasi taman. Per kelompok kan dipandu 1 guide,” lanjut Edy.

Berbagai persiapan ini, diharapkan akan mampu menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan yang datang ke Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Dengan demikian, “The New Normal” pariwisata di TWC, diharapkan dapat membangun kepercayaan wisatawan, sehingga dunia pariwisata dan perekonomian di kawasan ini dapat bangkit kembali dengan segera.

“Meskipun kita yakin bahwa ini tidak akan cepat kembali normal seperti sediakala,” ucap Edy Setijono.

Terkait dengan masa penutupan selama 3 bulan, Edy Setijono mengaku, pihaknya samasekali tidak memperoleh pemasukan dari kunjungan wisatawan. Dalam laporan pendatapan tahunan sebelumnya, TWC mampu mengantongi Rp 600 miliar. Namun, akibat pandemi ini, sejak awal tahun nyaris tidak ada wisatawan yang datang berkunjung sehingga pendapatan nol.

“Kami bersyukur masih dapat melakukan penghematan besar-besaran, sehingga kami tidak terpaksa memberhentikan karyawan. Penghematan membuat kami masih punya nafas yang panjang untuk bertahan di tengah terpuruknya iklim pariwisata sekarang ini,” ujarnya.

Ketua Satgas PT TWC sekaligus Sekretaris Perusahaan Emilia Eny Utari mengatakan, selaku Korwil Satgas nasional BUMN, pihaknya bersama-sama dengan BUMN wilayah Yogyakarta dan bekerja sama dengan Komisi VI DPR RI, juga ikut serta membantu pengentasan pandemi Covid-19, dengan memberikan bantuan alat kesehatan bagi tenaga medis di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain itu, PT TWC juga membantu warga dan para pelaku pariwisata di lingkungan kawasan yang terimbas kondisi pandemi ini dengan memberikan lebih dari 10.000 paket sembako di Prambanan Sleman, Prambanan Klaten dan Borobudur Magelang.

“Yang terbaru, kami juga menyerahkan bantuan untuk para pekerja seni yang selama ini sudah bekerjasama dengan kami. Kami memahami, semua dalam kondisi sulit. Kami berharap bantuan ini sedikitnya dapat meringankan beban hidup mereka yang otomatis juga tidak berpenghasilan selama kita menutup operasional,” kata Emil. (SM)