Pustakawan dan Menjaga Sejarah Bangsa

Oleh: Sarwono

Pustakawan dan organisasi profesi pustakawan dapat melakukan literasi kepahlawanan dengan berbagai cara. Antara lain menyelenggarakan bedah buku maupun seminar bertema kepahlawanan. Lomba bercerita tentang pahlawan-pahlawan nasional kita, ziarah ke makam pahlawan. Dapat pula menyelenggarakan lomba menulis kepahlawanan untuk para pustakawan.

Pustakawan dan Menjaga Sejarah Bangsa
Sarwono. (Istimewa).

SUDAH diketahui bahwa setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan, yaitu hari peringatan bagi para pahlawan Indonesia yang telah gugur. Peringatan hari pahlawan ini biasanya diselenggarakan upacara bendera di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah. Pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta phala yang berarti hasil atau buah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Sedangkan kepahlawanan dimaknai sebagai yang berkaitan dengan sifat pahlawan (seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan.

Bangsa kita memiliki banyak sekali pahlawan dengan berbagai sebutan. Ada yang disebut dengan pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan dan ada pula pahlawan revolusi. Tidak semua orang mengerti atau memahami perbedaan sebutan pahlawan tersebut. Apalagi generasi sekarang yang jauh rentang waktunya dengan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pahlawan-pahlawan tersebut.

Oleh karena itu, pustakawan sebagai agen informasi wajib memberikan pencerahan mengenai kepahlawanan. Pustakawan perlu mengenalkan nama-nama pustakawan kemerdekan, pustakawan nasional, pustakawan revolusi dan sebagainya. Tentu saja tidak sekadar nama pahlawan namun perlu juga dikenalkan latar belakang peristiwa yang terjadi, waktunya dan akhir dari peristiwa tersebut. Sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang komprehensif. Inilah yang dimaksud dengan literasi kepahlawanan. Yaitu mengenalkan nama, latar belakang, peristiwa yang terjadi dan sebagainya. Sehingga masyarakat dapat melek informasi kepahlawanan, memahami dan menumbuhkan sifat kepahlawanan dalam dirinya. 

Kegiatan Literasi Kepahlawanan

Pustakawan dan organisasi profesi pustakawan dapat melakukan literasi kepahlawanan dengan berbagai cara. Antara lain menyelenggarakan bedah buku maupun seminar bertema kepahlawanan. Lomba bercerita tentang pahlawan-pahlawan nasional kita, ziarah ke makam pahlawan. Dapat pula menyelenggarakan lomba menulis kepahlawanan untuk para pustakawan.

Selain nama dan latar belakang pahlawan, maka pustakawan juga perlu menyampaikan berbagai peristiwa besar yang terjadi di negeri kita pada masa lalu. Peristiwa sumpah pemuda, hari kesaktian Pancasila, dan hari pahlawan adalah beberapa contoh peristiwa penting yang harus diketahui oleh generasi masa kini. Kapan peristiwa sumpah pemuda terjadi, apa isi sumpah pemuda tersebut serta apa relevansinya dengan keadaan sekarang. Hari kesaktian Pancasila juga disampaikan kepada generasi muda saat ini. Mengapa disebut kesaktian Pancasila, apa latar belakang peristiwanya. Peristiwa yang berkaitan dengan Kesaktian Pancasila dan para pahlawan yang menjadi korban peristiwa wajib dikenalkan. Gelar pahlawan revolusi ini sangat erat dengan peristiwa pemberontakan G30 S PKI. Melalui pengenalan ini diharapkan generasi muda penerus bangsa dapat mengerti dan memahami peristiwa yang terjadi.

Koleksi perpustakaan yang berkaitan dengan sejarah kepahlawan bangsa perlu dipublikasikan, sehingga masyarakat tahu bahwa di perpustakaan kita tersimpan sejarah penting. Jika perlu pustakawan melakukan promosi koleksi tersebut ke berbagai forum di masyarakat. Baik promosi secara langsung maupun melalui media sosial. Pustakawan dapat bersama-sama dengan pustakawan dari instansi lain bekerja sama dalam melakukan gerakan literasi kepahlawanan. Tidak boleh dilupakan bahwa pustakawan melakukan semua hal tersebut tentunya harus sepengetahuan dan seizin pimpinan perpustakaan.

Melalui pustakawan diharapkan seluruh generas bangsa ini dapat melihat dan merasakan sejarah bangsa. Jangan sampai peristiwa –peristiwa penting masa lalu menjadi hilang tak dikenal lagi. Jika literasi kepahlawanan ini sudah dilakukan oleh pustakawan, maka sudah selayaknya pustakawan disebut sebagai pahlawan penjaga sejarah bangsa. **

Sarwono, MA

Pustakawan UGM