Purjito, Sosok Pembuat 50 Lebih Patung Figur Tokoh Dunia

Purjito, Sosok Pembuat 50 Lebih Patung Figur Tokoh Dunia

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Purjito dikenal sebagai salah satu maestro patung di Yogyakarta. Karyanya sudah tak terhitung lagi jumlahnya.

Dia banyak mendapatkan pesanan dari berbagai instansi untuk membuat beragam figur patung. Terakhir dia membuat membuat enam buah patung replika penari Seka dari Suku Kamoro di Timika Papua dari perunggu.

Lulusan ISI ini memang gemar sekali membuat patung figur dari tokoh dan sosok yang menginsipari. Sudah lebih dari 50 tokoh dunia pernah dibuatkannya figur patung.

Tak terkecuali figur tujuh Presiden Republik Indonesia (RI). Mulai dari Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Selain itu Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama, Perdana Menteri Inggris Margareth Teacher. Juga mantan Presiden Palestina, Yasser Arafat.

“Saya memang suka membuat patung figur-figur tokoh,” ujar Purjito di Rumah Seni Pucung, Sabtu (25/0/2022).

Proses mematung bapak empat anak ini cukup unik. Dia seringkali melakukan laku batin.

Contohnya saat dia membuat patung Gus Dur pada 2015 silam. Dia bermimpi bertemu Gus Dur yang memberikannya burung merak.

“Saya diberi burung merak dengan jengger hitam, dari situ saya membuat patung Gus Dur,” jelasnya.

Seniman yang dikenal mempunyai kemampuan teknik dan bentuk realistik juga tiba-tiba melihat sosok putih di ruang kerja. Terngiang-ngiang terus akan rupa sosok itu, Purjito pun akhirnya membuatnya jadi insiprasi patung.

“Saya buat patung meski saya tidak tahu itu wajah siapa,” jelasnya.

Hingga saat ini Purjito sudah berkarya lebih dari 34 tahun.

Berbagai pameran sudah pernah dilakukannya. Sebut saja Pameran Tugas Akhir di ISI Yogyakarta (1988); “Mentari Kecil” di Galeri 678, Kemang, Jakarta (2007); “Mandala Cakra” di FSRD ITB (2009); “Sembah” di Taman Budaya Yogyakarta (2014); “Memorandum” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2015); “Di Balik Senyap di House of Sampoerna Surabaya (2017)” dan “Rahim Bumi Ibu Pertiwi” di Hyatt Regency Yogyakarta (2018).

Kini dia bermimpi bisa memperluas rumah seninya. Dengan demikian karya-karyanya bisa dinikmati lebih banyak orang.

“Saya ingin membuka rumah seni ini untuk bisa dinikmati banyak orang, termasuk anak-anak yang ingin mengenal sosok tokoh-tokoh dari patung yang saya buat,” paparnya.(*)