Predikat Kota Batik Dunia Harus Menyejahterakan

Batik di era modern idealnya dapat berkembang melintasi batasan ruang dan waktu.

Predikat Kota Batik Dunia Harus Menyejahterakan
Seminar Batik Internasional dalam rangka perhelatan JIBB tahun 2023. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai Kota Batik Dunia ke depan harus bisa menyejahterakan masyarakat.

“Dengan status sebagai Kota Batik Dunia secara jangka panjang harus dapat menjadi kekuatan budaya dan ekonomi masyarakat di DIY di mana peningkatan kualitas dan produktivitas secara khusus dapat mendongkrak kesejahteraan masyarakat,” ungkap Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY.

Saat menyampaikan sambutan pada acara Seminar Batik Internasional yang diselenggarakan secara hybrid dalam rangka perhelatan Jogja International Biennale (JIBB) tahun 2023, Sultan menyampaikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada 18 Oktober 2014 telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC) di Dongyang China.

Menurut dia, penghargaan ini karena Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai telah memenuhi tujuh kriteria Kota Kerajinan Dunia yang dipersyaratkan oleh World Craft Council (WCC), yaitu Nilai Historis, Orisinalitas, Upaya Konservasi Melalui Regenerasi, Nilai Ekonomi, Ramah Lingkungan, Reputasi Internasional, Konsistensi.

ARTIKEL LAINNYA: Sebelas Tahun Keistimewaan DIY, 500 Sertipikat Tanah Kalurahan Selesai

Untuk menjaga keterpenuhan tujuh kriteria atau nilai, Pemda DIY bersama Dekranasda DIY salah satunya menginisiasi penyelenggaraan Jogja International Batik Biennale (JIBB).

Dalam implementasinya, JIBB melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk pelaku usaha, pecinta batik dan masyarakat.

"Harapan saya, agar kesempatan yang baik ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk saling belajar, berdiskusi, serta memperkuat jejaring (networking), demi pengembangan serta menemukan praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik," lanjut Sri Sultan dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekda Benny Suharsono, Selasa (29/8/2023).

Membacakan sambutan Ketua Dekranasda, GBRAy Paku Alam X mengatakan perlahan tapi pasti batik sudah menjadi primadona di Yogyakarta.

ARTIKEL LAINNYA: Polbangtan YoMa Wisuda Ribuan Mahasiswa di Tengah Minat Anak Muda Menjadi Petani Menurun

Hampir semua pusat perbelanjaan pasti ada outlet batik, tumbuhnya UKM kerajinan batik juga terus meningkat. Para disainer muda mulai melirik batik sebagai salah satu pilihan dalam memperkaya karya-karya mereka.

"Sudah seharusnya kita terus menggiatkan dunia perbatikan dengan berbagai pernak-perniknya. Seperti peningkatan kualitas, peningkatan ketelitian pengerjaannya, pengayaan disain/motif dan tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat tentang batik secara benar," katanya.

JIBB tahun 2023 kali ini masih mengusung tema Borderless Batik dengan subtema Sustainable and Marketability.

Tema ini mengandung makna seni batik di era modern idealnya dapat berkembang melintasi batasan ruang dan waktu, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman serta teknologi terkini.

ARTIKEL LAINNYA: Sandiaga Uno Mengakui Wisman Moncer Tapi Wisnus Lesu

Seni batik, katanya, tidak dapat hanya berhenti pada makna tradisi saja, namun harus mampu melampaui tantangan di era disrupsi seperti saat ini.

"Seni batik diharapkan dapat menjangkau kaum millenial yang penuh ide-ide inovatif dan kreatif yang merupakan  generasi masa depan. Generasi inilah yang akan menjaga kelestarian dan mampu mengembangkan seni batik dengan sentuhan pembaruan yang selalu up to date," lanjutnya.

Harapan akhir yang ingin dicapai adalah agar batik yang sudah dikenal dunia sebagai warisan budaya bangsa Indonesia tetap mampu berperan menjadi penggerak perekonomian masyarakat.

Jika dikemas dan dikelola dengan baik maka akan memiliki dampak positif yang luas khususnya bagi kesejahteraan masyarakat (seniman perajin) maupun perekonomian Bangsa Indonesia. (*)