Petani Cabai Tidak Menyerah, Meski Harga Fluktuatif

Petani Cabai Tidak Menyerah, Meski Harga Fluktuatif

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN--Petani cabai di pesisir selatan Kabupaten Kebumen tidak kenal menyerah, meskipun harga fluktuatif. Harge cabai pernah hanya Rp 3.500 per kg. Pekan ini naik menjadi Rp 9.500 per kg dari pembelian petani.

Dua petani cabai warga Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Yanto (45) dan Suparjo (56) kepada koranbernas.id, Selasa (7/9/2021) mengaku, tidak berhenti menanam cabai di lahan berpasir, meskipun harganya tidak menentu.

“Harga cabai merah keriting, Agustus kemarin hanya 3.500 sekilo,” kata Suparjo. Harga cabai rawit sekarang hanya Rp 9.500 per kg. Petani tidak bisa menentukan harga cabai. Harga sangat ditentukan pedagang.

Menurutnya, harga cabai secara tidak langsung sangat dipengaruhi pandemi Covid-19. Menurunnya konsumsi cabai, dipengaruhi oleh pembatasan jam buka rumah/warung makan. Sehingga cabai hasil panen, tidak semua terserap pasar. Kurangnya penyerapan pasar, menjadikan harga beli cabai oleh tengkulak juga turun.

“Harga tertinggi yang pernah dinikmati petani 45 ribu sekilo,” kata Suparjo.

Ketika harga cabai keriting hanya Rp 3.500 sekilo, petani ibarat maju kena mundur kena. Karena upah petik sehari Rp 60.000 per orang. Hasil petik per orang laku Rp 140.000.

Harga cabai merah keriting, tidak menyurutkan Yanto menanam cabai varietas yang sama. Harapannya, ketika panen pertama, harga cabai sudah naik. “Menanam cabai seperti untung-untungan. Jika harga bagus untung,” kata Yanto.

Pengamatan koranbernas.id, tidak semua petani cabai seperti Suparjo dan Yanto, masih menyiram dan membersihkan gulma, penyakit dan hama di kebun mereka. Petani lain ada yang membiarkan buah cabainya masak di pohon. Sebagian petani bahkan beralih menanam semangka di lahan lain. (*)