Perintah Bupati: Camat dan Kades Ikut Berantas Wereng Cokelat

Bahkan dana desa bisa digunakan untuk mengatasi darurat wereng.

Perintah Bupati: Camat dan Kades Ikut Berantas Wereng Cokelat
Padi yang terserang wereng segera dipanen. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Wereng cokelat menyerang tanaman padi di wilayah Kabupaten PurworejoJawa Tengah (Jateng) pada masa tanam (MT) 1. Produksi padi pun menurun. Jika tidak diserang wereng setiap hektar menghasilkan 6,8 ton setelah diserang wereng menjadi 5,6 ton per sehingga terjadi penurunan 1,2 ton per hektar.

Memasuki Masa Tanam ke-2 (MT2) petani dihantui bayangan gagal panen. Hama wereng telah meluas serta memporakporandakan tanaman padi hampir di 16 kecamatan.

Menghadapi kenyataan tersebut, pekan lalu Bupati Purworejo Yuli Hastuti mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor: 5006/ 4591 Tahun 2024 tentang Strategi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Padi.

Melalui SE tersebut bupati memerintahkan camat beserta kepada desa (kades) harus ikut berkiprah mengendalian wereng cokelat. Bahkan dana desa bisa digunakan untuk mengatasi darurat wereng.

Petani melakukan pengendalian hama wereng cokelat di lahannya. (istimewa)

Muslih selaku Sub Koordintor Pengendalian dan Penanggulangan Bencana Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP)  Purworejo mengatakan Bupati Purworejo sudah mengeluarkan surat edaran kepada para camat dan Kades. “Serangan wereng di MT-2 perlu antisipasi sejak dini,” ungkapnya.

Pemerintah desa dipersilakan mengalokasikan sebagian dana desa di wilayah masing-masing. “Dana desa bisa digunakan untuk pengendalian wereng, karena ini termasuk bencana di sektor pangan,” ujarnya, Rabu (29/5/2024), di kantornya.

Muslih menjelaskan, serangan wereng pada MT-1 berlangsung dahsyat dan hampir merata di seluruh wilayah pertanian di Purworejo. Hal itu pun cukup berdampak terhadap produksi padi di kabupaten ini.

“Dalam kondisi normal satu hektar sawah bisa menghasilkan padi basah antara 6 hingga 8 ton. Akibat serengan wereng produksi turun menjadi 5 hingga 6 ton per hektar. Sangat berdampak,” katanya.

Wilayah yang mengalami serangan cukup serius terjadi di lahan pertanian milik petani di Kecamatan Purwodadi, Ngombol, Banyuurip, Loano, Kaligesing, Pituruh, Purworejo serta Bayan. Pihaknya berharap serangan wereng tidak kembali terjadi pada MT-2.

Langkah terakhir

“Serangan wereng merata hampir di daerah-daerah sentra padi Purworejo. Serangannya terjadi secara spot-spot. Saat itu kami turun tangan melakukan pengendalian,” sebutnya.

DKPP telah menyiapkan pestisida yang direkomendasikan laboratorium PHP wilayah Kedu. Kendati demikian pemakaian herbisida tersebut merupakan langkah terakhir. Petani diimbau melakukan antisipasi serta pengendalian sejak dini. “Stok kami terbatas sehingga kita harus melibatkan pemerintah desa dalam pengendalian dengan memanfaatkan sebagian dari dana desa,” katanya.

Pihaknya menyarankan agar petani memanfaatkan pestisida hayati dan nabati. Sudah ada beberapa kelompok tani di Purworejo mengaplikasikan hal itu di antaranya Sumberejo Kecamatan Purwodadi dan Kelurahan Dobpang Kecamatan Purworejo.

Petani juga diminta melakukan pengamatan rutin terhadap tanaman padi mereka. Pengamatan terbaik dilakukan sejak tahap persemaian.“Kami juga berharap petani aktif, jika ada serangan wereng di sawahnya segera sampaikan ke penyuluh atau POPT di wilayah masing-masing. Ini penting agar pengendalian bisa kita lakukan sama-sama sehingga tidak meluas,” pintanya. (*)