Pasukan Belanda Dibikin Gusar di Plataran Kalasan

Pasukan Belanda Dibikin Gusar di Plataran Kalasan

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Pasukan Belanda yang mencoba menyergap markas pasukan Akmil Yogyakarta di Dusun Kringinan Kalasan,dibuat gusar. Rencana matang yang mereka siapkan, menemui markas yang kosong.

Tak ingin kehilangan jejak, mereka segera melacak keberadaan para pejuang RI dengan melintasi wilayah Plataran. Tak disangka, di wilayah inilah, mereka sudah ditunggu oleh para kadet Akmil Yogyakarta. Sehingga pertempuran sengit tak terelakkan.

“Delapan pejuang gugur. Mereka yang gugur, diantaranya lima orang kadet, dua perwira instruktur dan seorang anggota tentara pelajar. Mereka yang gugur di sini adalah para kadek atau taruna Akmil,” kata Gubernur Akmil Mayjend Dudung Abdurrahman, saat upacara peringatan Pertempuran Plataran, Senin (254/2/2020). Bukan hanya Taruna Akmil, peringatan ini juga dikuti oleh Ikatan Keluarga Alumni Akmil Yogyakarta (IKAM) dan masyarakat Selomartani.

Dalam rangkaan peringatan ini, warga Selomartani menggelar sosiodrama di Monumen Plataran.

Menurut Dudung, peristiwa pertempuran Plataran tersebut memiliki arti penting bagi perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajahan tentara Belanda dari Jogja.

Peristiwa Plataran yang terjadi pada 24 Februari 1949, katanya, merupakan salah satu peristiwa heroik masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan di DIY.

Oleh karenanya, sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus selalu menghargai jasa-jasa dan perjuangan para pahlawan. “Generasi muda harus belajar dan meneladani semangat perjuangan para kadek tersebut,” katanya.

Dalam peringatan ini, warga Selomartani menggelar Sosiodrama yang menceritakan berapa dahsyatnya peristiwa bersejarah tersebut.

Sosiodrama ini diharapkan memberikan pemahaman bagi generasi muda tentang peristiwa bersejarah di Plataran.

Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sudarningsih, mengatakan, dusun Plataran memang disiapkan menjadi dusun rintisan untuk desa wisata sejarah.

“Kami juga sudah melakukan pendampingan agar dusun ini berkembang menjadi desa wisata. Salah satunya, dengan membuat dokumentasi sejarah pertempuran Plataran,” katanya.

Selain sosiodrama dan napaktilas pertempuran Plataran, juga ditampilkan pameran UMKM di sekitar Monumen Plataran. Pelaksanaan kegiatan tersebut digelar selama empat hari.

Pada acara tersebut diresmikan juga komunitas historia yang dibentuk oleh warga sekitar.

“Kami sangat bangga menjadi bagian dari peringatan ini. Semua pemeran sosiodrama berasal dari warga. Kami menampilkan betapa perjuangan para pejuang mempertahankan kemerdekaan sangat berat,” kata Hasan, salah seorang warga Selomartani. (SM)