Musim Tanam I, Petani Kebumen Menghadapi Keterbatasan Air dan Pupuk Subsidi

Musim Tanam I, Petani Kebumen Menghadapi Keterbatasan Air dan Pupuk Subsidi
Petani di Desa Bandung Kecamatan Kebumen mengolah sawah. (nanang w hartono/koranbernas/id)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN – Memasuki musim Tanam (MT) I padi tahun 2023, petani di Kabupaten Kebumen menghadapi masalah ketersediaan air dan pupuk subsidi.

Ketersediaan air dan pupuk subsidi bagi sebagian besar petani berkurang dibandingkan MT sebelumnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kebumen, Teguh Yuliono, kepada koranbernas.id menjelaskan, pengaliran air irigasi dari Waduk Sempor dan Wadaslintang tidak bisa sepanjang waktu debitnya stabil hingga menjelang panen.

Ini disebabkan proyek rehabilitasi saluran sekunder sedang berjalan. Selama perbaikan saluran, pengaliran air berkurang atau justru dihentikan beberapa jam.

"Sekarang petani mengalami sementara, tapi tahun tahun mendatang air lebih baik," kata Teguh Yuliono, Senin (5/6/2023).

Kondisi saluran irigasi sekunder yang rusak di banyak lokasi mengakibatkan air tidak sampai ke daerah irigasi sawah paling hilir, karena terjadi perembesan.

Menurut dia, petani sawah berpengairan teknis di bagian hilir, agar tetap bertahan bertanam padi menggunakan air tanah dengan pompa sedot.

Masalah ketersediaan pupuk subsidi, Teguh mengungkapkan, kuota pupuk subsidi dari pemerintah setara 21.000 ton pupuk urea. Jumlah itu hanya bisa mencukupi 60 persen kebutuhan petani.

Sedangkan pupuk ponska 14.000 ton mencukupi 40 persen kebutuhan petani. Kekurangannya, petani mencukupi dengan pupuk non-subsidi yang harganya beberapa kali lipat dibandingkan pupuk subsidi.

"Pembelian pupuk subsidi menggunakan kartu tani," kata Teguh. Tidak disebutkan jumlah petani pemegang kartu tani yang bisa membeli pupuk urea subsidi Rp 2.250 per kg.

Disebutkan, di Kabupaten Kebumen ada 40.000 hektar sawah, sebagian besar sawah berpengairan teknis. (*)