Lebih 300 Penyandang Disabilitas Mendapatkan Vaksin Dosis Kedua

Lebih 300 Penyandang Disabilitas Mendapatkan Vaksin Dosis Kedua

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Tim Penggerak PKK Kabupaten Sleman menyelenggarakan vaksinasi Covid -19 dosis kedua bagi penyandang disabilitas dan pendamping, Sabtu (25/9/2021). Acara yang dilaksanakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman ini dihadiri oleh Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, Wakil Ketua TPP PKK DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Pakualam dan Gusti Kanjeng Ratu Bendara.

Ketua TP PKK Sleman, R. Ay Sri Hapsari Suprobo Dewi mengatakan, vaksinasi ini menyasar 335 disabilitas dan pendamping. Mereka adalah peserta vaksinasi tahap pertama di Sleman City Hall pada 2 September 2021 lalu.

“Vaksin yang digunakan yaitu Sinopharm dan Sinovac. Mudah-mudahan vaksinasi ini dapat mendukung upaya Indonesia bangkit dari pandemi,” ujarnya.

Sementara Bupati Kustini menyampaikan apresiasinya kepada PKK Sleman maupun kepada penyandang disabilitas yang turut serta dalam pelaksanaan vaksinasi ini.

“Ini merupakan salah satu bentuk sinergi untuk bersama–sama mendukung program vaksinasi bagi masyarakat. Upaya ini tentunya perlu diapresiasi dan kita dukung bersama,” jelasnya.

Kustini juga menyebutkan, vaksinasi tahap pertama di Kabupaten Sleman sudah mencapai 70% dan tahap kedua 33,8%. “Saya berharap vaksinasi kedua ini bisa berjalan dengan lancar dalam rangka mendukung terbentuknya herd imunity di masyarakat,” kata Kustini.

Ketua TP PKK DIY, GKBRAy Paku Alam menyambut baik inisiatif TP PKK Sleman tersebut. Dia berpesan agar masyarakat yang telah divaksin untuk tetap menjalankan protokol kesehatan.

“Penyebaran Covid -19, 90% berasal dari droplet. Menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun serta menghindari kerumunan harus tetap kita laksanakan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19,” tuturnya

Info tentang ABK Penting

Terpisah, Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi menegaskan, setiap anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, memiliki hak yang sama, seperti hak untuk bertumbuh kembang, mendapatkan perlindungan, pendidikan, serta pengasuhan yang baik.

“Mereka juga merupakan generasi penerus bangsa yang dapat memberikan sesuatu bagi Indonesia, karena di balik keterbatasannya, mereka pasti memiliki kelebihan,” tutur Kartini dalam sebuah dialog di KPCPEN, baru-baru ini.

Pelayanan kesehatan bagi ABK, kata Kartini, penanganannya secara umum sama seperti masyarakat pada umumnya. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, para tenaga kesehatan harus memperhitungkan kondisi, riwayat kesehatan, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap mereka.

“Bagi ABK yang terinfeksi Covid-19, tenaga kesehatan akan memberikan obat serta tindakan yang sama dengan masyarakat umum. Namun tentu saja tenaga kesehatan akan mempertimbangkan banyak hal, karena anak-anak ini membutuhkan perlakuan khusus,” ujarnya.

Percepatan vaksinasi bagi ABK termasuk penyandang disabilitas, menjadi salah satu prioritas pemerintah. Di antaranya, dengan memanfaatkan vaksin produksi Sinopharm hibah Raja Uni Emirat Arab yang dialokasikan khusus bagi kelompok rentan ini.

Kendati demikian, Kartini menjelaskan, tidak tertutup kemungkinan bagi ABK untuk mendapatkan suntikan vaksin merek lainnya, karena semua vaksin Covid-19 di Indonesia memiliki fungsi yang sama dalam meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus tersebut.

“Untuk vaksinasi ABK, dapat mengakses langsung ke puskesmas atau sentra vaksinasi seperti masyarakat pada umumnya. Di lokasi tersebut, pendamping harus menyampaikan kepada petugas tentang kondisi ABK yang didampingi,” ujar Kartini.

Founder London School Center For Autism Awareness, Prita Kemal Gani mengaku punya pengalaman baik mengikutkan anaknya vaksin. Putri Prita adalah seorang ABK, yakni anak autistik, dan telah mendapatkan suntikan vaksin merek Sinovac di sentra vaksinasi Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

“Di sana kami sampaikan bahwa anak kami adalah ABK. Setelah itu, kami langsung mendapatkan jalur khusus. Saya sangat menghargai layanan tersebut, mengingat ABK cenderung memiliki tingkat keresahan tinggi, tidak bisa menunggu atau berkumpul bersama banyak orang, juga mempunyai kesulitan komunikasi verbal,” kata Prita.

Sebelumnya, Prita memberangkatkan 75 orang kaum difabel dewasa secara bertahap. Menurutnya, sentra vaksinasi GBK memberikan tenda dan jalur khusus, serta kemudahan akses bagi para kelompok difabel.

Ikhtiar memberikan edukasi protokol kesehatan bagi ABK,kata Prita juga tak kalah pentingnya. Iamenilai edukasi mengenai prokes untuk ABK dapat dilakukan dengan metode tertentu.

“Anak-anak autistik sangat menyukai repetisi. Karena itu edukasi protokol kesehatan seperti memakai masker dan cuci tangan harus terus-menerus dilakukan. Setelah paham dan menjadikan itu sebagai kebiasaan yang diulang-ulang, mereka akan disiplin serta konsisten melaksanakan kegiatan tersebut,” jelas Prita. (*)