“Land of Koplo” Siap Guncang Yogyakarta, Tawarkan Sensasi Pantai di Tengah Kota

Land of Koplo menyuguhkan pengalaman unik dengan mengusung konsep “pantai di tengah kota”.

“Land of Koplo” Siap Guncang Yogyakarta, Tawarkan Sensasi Pantai di Tengah Kota
Konferensi pers Land of Koplo di Ricy Eatery and Coffee, Sleman. (muhammad zukhronnee ms/ koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Musik koplo siap naik kelas. Untuk pertama kalinya, sebuah perhelatan musik koplo berskala besar dengan konsep immersive akan digelar di Kota Yogyakarta. Bertajuk Land of Koplo (LoK), festival ini akan berlangsung pada 24 Mei 2025 di Stadion Kridosono dan diproyeksikan menjadi tonggak baru dalam peta industri hiburan tanah air.

Lebih dari sekadar konser, Land of Koplo menyuguhkan pengalaman unik dengan mengusung konsep “pantai di tengah kota”. Stadion Kridosono akan disulap menyerupai beach party lengkap dengan lapangan voli pasir, mural bus photobooth, area F&B tematik, serta layar raksasa interaktif yang memungkinkan penonton berkomunikasi secara langsung dengan pengisi acara.

“Konsep ini kami pilih karena ingin menghadirkan suasana yang segar dan berbeda, sekaligus mengubah stigma lama bahwa koplo hanya milik pinggiran. Di LoK, kita buktikan bahwa koplo bisa dikemas dengan profesional, modern, dan tetap menghibur,” ujar Andreas Widi, Ketua Pelaksana Land of Koplo, saat konferensi pers pada Kamis (15/5/2025).

Festival ini merupakan inisiatif dari Twenty Three Entertainment, sebuah promotor lokal asal Yogyakarta yang didirikan oleh Calvin Bagus Pratama dan Satria Yudha Bagaskara, yang akrab disapa Didot. 

Menurut Didot, ide acara ini bermula dari pengalaman pribadi yang kurang menyenangkan.

“Dulu saya pernah tertipu dalam urusan event koplo. Dari situ muncul tekad—kenapa tidak bikin sendiri? Ternyata saya bisa. Land of Koplo ini semacam penebusan, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk membangkitkan kepercayaan publik terhadap musik koplo,” ungkapnya.

Line-up Penuh Warna dan Nostalgia

LoK menghadirkan deretan musisi papan atas dari skena koplo dan dangdut modern, sebagian besar berasal dari Yogyakarta. Di antaranya adalah NDX A.K.A, Ndarboy Genk, Damara De, Ngatmobilung, Pendhoza, Aftershine, dan OM. Lorenza. Grup lokal Wawes juga akan tampil, membawa energi khas anak muda Jogja.

“Ini jadi momen penting buat musisi-musisi koplo yang dari dulu bergerak dari bawah. Dulu kami main dari panggung kampung ke kampus. Sekarang, kami tampil di stadion, di panggung sebesar ini,” kata Bege, perwakilan dari Wawes. 

“Kami merasa ini bukan cuma soal show, tapi juga pembuktian kalau karya kita layak dihargai di skala nasional,” ujarnya.

Tak hanya dari Yogyakarta, grup musik asal Jakarta, Robokop, juga akan meramaikan panggung. Mereka dikenal karena menggabungkan unsur musik Jawa dengan EDM dan viral di media sosial berkat pendekatan kreatif mereka terhadap lagu-lagu koplo.

Target 15.000 Penonton, Tiket Sudah Tersedia

Dengan kapasitas maksimal stadion mencapai 18.000 orang, panitia menargetkan 15.000 penonton hadir dalam gelaran perdana ini. Tiket bisa dibeli melalui platform Artatix dan Sakudutan dengan harga yang kompetitif untuk segmen pasar anak muda.

“Kami optimistis antusiasme publik tinggi. Musik koplo kini sedang di atas angin. Yang kami lakukan adalah memberikan panggung yang layak, nyaman, dan menyenangkan bagi semua pihak, dari musisi sampai penonton,” tambahnya.

Bukan Sekadar Event, Tapi Gerakan Ekosistem

Didot menekankan bahwa Land of Koplo bukan semata event komersial, tetapi bagian dari visi jangka panjang Twenty Three Entertainment untuk membangun ekosistem musik lokal yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

“Kami ingin menyatukan musisi, label, dan komunitas dalam satu momentum. Misalnya Pendhoza, mereka dulu menemani masa-masa sekolah banyak orang. Sekarang saatnya kita angkat kembali nama-nama seperti mereka,” ujarnya.

Ke depan, Twenty Three Entertainment berencana memperluas konsep ini menjadi Land of Music, sebuah platform yang mewadahi berbagai genre musik untuk tampil secara profesional di panggung besar. Visi ini didorong oleh semangat membangun ekosistem kreatif yang sehat dan berdampak. (*)