178 Ingkung Tersaji, Pesta Rakyat Satu Dasawarsa Tebing Breksi

Perayaan satu dasawarsa Tebing Breksi ini juga menjadi wujud semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi pilar keberhasilan Tebing Breksi selama ini

178 Ingkung Tersaji, Pesta Rakyat Satu Dasawarsa Tebing Breksi
Pesta rakyat satu dasawarsa Tebing BReksi dengan makan bersama dengan menu 178 tumpeng berikut ingkung. (warjono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN–Perjalanan sepuluh tahun Tebing Breksi adalah kisah inspiratif tentang transformasi. Dari areal pertambangan yang sunyi, kini ia berdiri megah sebagai salah satu destinasi wisata paling diminati, bahkan menjadi kebanggaan Yogyakarta. Perayaan satu dasawarsa Tebing Breksi bukan sekadar merayakan angka, melainkan mengukuhkan komitmen untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi masyarakat.

Hadir dalam perayaan satu dasawarsa Tebing Breksi, Drs. Susmiarto, S.E., mewakili Bupati Sleman, menekankan pentingnya inovasi di tengah ketatnya persaingan destinasi wisata saat ini.

Destinasi wisata sekarang saingannya ketat. Maka pengelola destinasi harus terus berinovasi, ujarnya.

Ia juga menyoroti adanya kebijakan pembatasan perjalanan wisata ke luar daerah yang menuntut pengelola destinasi untuk semakin kreatif. Kabar baiknya, terbukanya jalur Sleman ke Gunungkidul akan semakin mempermudah aksesibilitas ke Tebing Breksi, membuka peluang lebih besar untuk menarik pengunjung.

Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi DIY, Beny Suharsono, memberikan pandangan yang mendalam tentang potensi Tebing Breksi.

Tebing Breksi dulu kita kenal sebagai daerah pertambangan. Dulu tambang batu, sekarang tambang pesona. Maka ke depan diharapkan bisa kita tambang nilai, tuturnya.

Harapannya, Tebing Breksi dapat terus memberikan manfaat konkret bagi masyarakat, berkontribusi pada pengentasan kemiskinan, dan bahkan mencerdaskan masyarakat. Ia juga berharap Tebing Breksi mampu terus bersaing dengan destinasi skala nasional, menjadi lokomotif pariwisata yang membanggakan.

Perayaan Penuh Makna

Puncak peringatan satu dasawarsa Tebing Breksi yang dihadiri oleh sejumlah pejabat provinsi DIY dan Kabupaten Sleman menjadi momen penting untuk merefleksikan perjalanan dan merajut asa ke depan.

Beny Suharsono menyerahkan potongan tumpeng kepada Kholiq Widiyanto. (warjono/koranbernas.id)

Malam puncak acara dimeriahkan dengan sarasehan bertema Tebing Breksi, Dulu, Kini dan Esok, Dari Bekas Tambang Jadi Destinasi Favorit. Tema ini secara gamblang menggambarkan metamorfosis luar biasa yang telah dilalui Tebing Breksi.

Acara kemudian ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Semar Mbangun Khayangan oleh dalang Ki Anom Sucondro, sebuah hiburan yang tidak hanya menghibur tetapi juga sarat makna filosofis. Sebelumnya, sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur, dilakukan pemotongan tumpeng oleh Beny Suharsono yang kemudian diserahkan kepada Ketua Taman Wisata Tebing Breksi, Kholiq Widiyanto.

Kemeriahan dilanjutkan dengan “kembul bujono atau makan bersama yang menjadi ajang silaturahmi. Seluruh pemangku Taman Breksi menunjukkan kemurahan hati dengan menyediakan 178 tumpeng lengkap dengan ingkung.

“Ini perayaan terbesar selama Tebing Breksi beroperasi. Alhamdulillah, seluruh warga ikut mendukung. Saya tidak menyangka bisa menyajikan hingga 178 tumpeng, lengkap dengan ingkungnya untuk pesta bersama ini,” kata Kholiq usai acara.

Bagi Kholiq, perayaan satu dasawarsa Tebing Breksi ini juga menjadi wujud semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi pilar keberhasilan Tebing Breksi selama ini.

“Semoga ke depan kami bisa terus memelihara semangat kebersamaan, sehingga harapan para sesepuh tadi bisa terwujud. Tebing Breksi semakin membawa manfaat bagi masyarakat dan juga lingkungan serta budaya,” pungkasnya. (*)