Inovasi Sawit: Memacu Ekonomi UMKM Jepara, Hadirkan Peluang Bisnis Berdaya Saing Global
Di Jepara, sekitar 80% produk konsumsi masyarakat mengandung minyak sawit, dan lebih banyak inovasi produk berbahan sawit akan dicoba dikenalkan dan dikembangkan mulai tahun 2025
KORANBERNAS.ID, JEPARA--Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Politeknik LPP Yogyakarta menggebrak Jepara dengan sebuah lokakarya inovatif. Bertajuk "Inovasi Produk Sawit", kegiatan ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan sebuah transformasi nyata bagi pelaku UMKM dan generasi Z di Kota Ukir ini.
Selama dua hari, 27-28 Mei, 70 peserta antusias dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah sawit, termasuk limbahnya, menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Meskipun Jepara bukan sentra perkebunan sawit, relevansinya dengan industri hilir sawit sangatlah besar. Helmi Muhansah, Kepala Divisi UKMK BPDPKS, menegaskan bahwa 87% produk makanan dan kebutuhan harian masyarakat mengandung unsur sawit. Ini membuka peluang besar bagi UMKM lokal untuk berinovasi.
"Workshop ini adalah langkah awal strategis untuk memperkenalkan pembuatan produk sawit, termasuk dari limbahnya," ujarnya.
Membuka Cakrawala Inovasi dan Kewirausahaan
Kegiatan ini secara daring dibuka oleh Galuh Banowati, Wakil Direktur II Politeknik LPP, yang menekankan komitmen lembaganya dalam mendukung pengembangan produk berbahan sawit dan limbahnya. Ia berharap peserta dapat memahami potensi sawit dan limbahnya untuk diolah menjadi produk rumahan yang mudah dibuat dan dipasarkan.
Dukungan penuh juga datang dari pemerintah daerah dan instansi terkait. Abdul Muid, Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jepara, mengapresiasi inisiatif ini dan mendorong siswa SMK untuk menjadikan bekal ini sebagai fondasi usaha.
Senada, Herkwin, Kepala KPPN Kudus, melihat program ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat UMKM daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Para peserta dibekali beragam materi komprehensif. Mulai dari inovasi produk UMKM berbahan sawit dan limbah sawit yang disampaikan oleh Tim UMKM Politeknik LPP, hingga potensi pengembangan UMKM berbasis sawit oleh Arifin dari Bidang UKM.
Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia menjadikan UMKM berbasis sawit memiliki peran strategis dalam industri nasional.
"Di Jepara, sekitar 80% produk konsumsi masyarakat mengandung minyak sawit, dan lebih banyak inovasi produk berbahan sawit akan dicoba dikenalkan dan dikembangkan mulai tahun 2025," jelas Arifin.
Tak hanya itu, Azhari Rizal, Dosen Politeknik LPP, membekali peserta dengan materi model pemasaran produk UMKM bagi generasi Z. Pemilihan jenis usaha, branding, desain kemasan, laporan keuangan, dan sertifikasi halal menjadi poin penting yang ditekankan untuk menciptakan UMKM berbahan sawit yang berdaya saing.
Dari Teori ke Praktik: Lahirnya Produk Inovatif
Puncak dari kegiatan ini adalah sesi praktik langsung. Peserta diajak membuat beragam produk inovatif: mulai dari kerajinan (craft) seperti pot tanaman hias dari cangkang sawit, oleokimia seperti sabun berbahan limbah sawit, hingga oleofood atau makanan berbahan sawit.
Dibimbing oleh instruktur dari Unit Pengembangan Institusi UMKM Politeknik LPP, antusiasme peserta terlihat jelas.
"Kegiatan ini memberikan pengetahuan bagi kami bahwa kelapa sawit tidak hanya untuk minyak goreng, namun limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai produk bernilai ekonomi yang baik," ujar salah satu peserta.
BPDPKS dan Politeknik LPP berhasil membuktikan bahwa inovasi berbahan sawit bukan hanya mimpi. Dari helm berbahan serabut sawit, batik sawit, tinta, bioaspal, hingga bahan bakar pesawat, sawit memiliki potensi tak terbatas.
Kisah sukses ekspor lidi sawit oleh alumni program inkubasi bisnis BPDPKS menjadi inspirasi nyata bagi UMKM Jepara untuk menciptakan produk inovatif dan berdaya saing tinggi. Dengan semangat kewirausahaan yang digelorakan, diharapkan Jepara akan menjadi magnet baru bagi produk-produk UMKM berbahan sawit yang mendunia. (*)