Ramadan sebagai Momentum Refleksi Tauhid yang Emansipatoris

Ramadan sebagai Momentum Refleksi Tauhid yang Emansipatoris
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pemaparan kepada Dosen dan Pejabat Struktural UMY dalam acara Pengajian Ramadan 1445 H di Aula Masjid UMY. (istimewa) 

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Tauhid, pondasi penting dalam Islam, sering disalahpahami sebagai konsep ketuhanan yang sempit. Dalam Pengajian Ramadan pada Senin (24/3/2024) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., menegaskan perlunya rekonstruksi tauhid untuk membangun umat Islam yang berkeadaban di era modern.

Haedar menuturkan, tauhid bukan hanya tentang hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan antar sesama manusia. Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah mendorong pemaknaan tauhid yang holistik, meliputi aspek spiritual dan sosial.

“Tauhid yang direkonstruksi akan melahirkan manusia yang sadar akan tanggung jawabnya kepada Allah dan sesama. Ia akan menjadi agen perubahan positif, membangun kehidupan yang lebih berkeadaban, cerdas, maju, dan bermartabat,” jelas Haedar. 

Haedar mengingatkan bahwa egoisme dan individualisme merupakan penyakit yang menggerogoti umat Islam saat ini. Tauhid, dengan pemahaman yang benar, akan membebaskan manusia dari belenggu tersebut.

“Orang yang bertauhid tinggi akan selalu merasa diawasi Allah, introspeksi diri, dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup. Ia tidak akan sewenang-wenang dan merasa paling benar sendiri,” paparnya.

Momentum bulan Ramadan, menurut Haedar, adalah waktu yang tepat untuk merekonstruksi tauhid dalam diri. Pengendalian emosi dan pemilahan informasi menjadi kunci untuk memperhalus hati dan mempertajam pikiran.

“Dengan kembali pada makna tauhid yang sesungguhnya, umat Islam akan mampu membangun peradaban yang mulia di era modern,” tandasnya.(*)