Khawatir Gagal Panen, Petani di Klaten Jual Tanaman Padi untuk Pakan Ternak

Hendaknya petani bisa membaca kondisi cuaca serta menyesuaikan pola tanam.

Khawatir Gagal Panen, Petani di Klaten Jual Tanaman Padi untuk Pakan Ternak
Petani di Desa Ceporan Klaten menyedot air dari sumur di sawah untuk menyelamatkan tanaman padi. (masal gurusinga/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Musim kemarau telah dirasakan dampaknya oleh petani penggarap sawah di sejumlah wilayah Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Demi menyelamatkan tanaman padi miliknya dari ancaman kekeringan, sebagian besar petani terpaksa menyedot air dari sumur bor yang ada di sawah.

Namun, ada juga petani yang nekad mencari jalan lain menjual tanaman padi miliknya untuk pakan ternak sebelum panen.

Seperti itulah yang terjadi di Desa Ngering Kecamatan Jogonalan Klaten, baru-baru ini. Akibat sulitnya mencari air irigasi untuk pertanian, ada petani menjual tanaman padi miliknya sebelum dipanen.

"Ada yang sampai menjual tanaman padi miliknya untuk pakan ternak sebelum panen. Petani itu khawatir bila diteruskan juga mungkin tidak bisa panen," kata Tri Santoso, Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Desa Ngering, Rabu (20/9/2023), di Desa Ngering.

ARTIKEL LAINNYA: Ngaran Kite Festival 2023 Ajak Anak Muda Turun ke Sawah

Tri menceritakan, lahan pertanian di Desa Ngering Kecamatan Jogonalan dengan luasan sekitar 92,7 hektar. Dari jumlah tersebut, 80 persen di antaranya ditanami padi oleh petani penggarap. “Mereka hanya sebagai penggarap, bukan pemilik lahan,” ujarnya.

Di Desa Ngering terdapat tiga kelompok tani, satu di antaranya adalah Kelompok Tani Rukun Makmur dengan luas keseluruhan lahan pertanian sekitar 39 hektar.

Petani penggarap lahan pertanian anggota kelompok tani Rukun Makmur inilah yang sekarang merasakan dampak kekurangan air sehingga alternatif untuk menyelamatkan tanaman padi miliknya dengan menyedot air menggunakan pompa air.

"Petani kelompok tani Rukun Makmur mengandalkan daerah irigasi dari Bendung Jurang Gantung. Tapi sekarang ini debit airnya berkurang karena dibagi-bagi dengan desa lain. Ada lima desa yang irigasinya juga dari Jurang Gantung yakni Kraguman, Ngering, Plawikan, Sumyang dan Bakung," jelasnya.

ARTIKEL LAINNYA: Kekeringan di Gunungkidul Masuk Status Darurat

Meski sudah merasakan dampak kemarau, hingga saat ini belum ada laporan terjadinya gagal panen akibat kemarau. Tri Santoso bertugas sebagai PPL di tiga desa yakni Desa Ngering, Sumyang dan Somopuro.

Kepala Desa Ngering, Nicolaus Rahmanto, menyatakan untuk menyikapi musim kemarau pada musim tanam (MT-3) ini hendaknya petani bisa membaca kondisi cuaca serta menyesuaikan pola tanam yang telah dianjurkan pemerintah.

Untuk mengantisipasi ancaman kekeringan pada musim kemarau pemerintah desa juga telah membuat sumur di tanah kas.

Sumur tersebut sewaktu-waktu bisa digunakan menyedot air untuk mengaliri lahan pertanian yang membutuhkan irigasi.

ARTIKEL LAINNYA: Sempat Tutup Pasar Kuda Klaten Dibuka Lagi

Beberapa petani penggarap mengatakan, areal persawahan yang kini kekurangan air adalah persawahan di dekat Dusun Kutu.

Petani di kawasan itu ada yang menyedot air dari sumur menggunakan pompa air atau menunggu giliran aliran air dari Bendung Jurang Gantung.

Selain di Desa Ngering, petani di Desa Ceporan Kecamatan Gantiwarno juga sudah ada yang merasakan dampak kekurangan air.

Seperti yang lain, petani di desa yang berbatasan dengan Desa Ngering itu kini menyedot air dengan mesin pompa air untuk menyelamatkan tanaman padi miliknya. (*)