Ilmu Pariwisata Kunci Masa Depan, STIPRAM Jadi Pusat Kolaborasi Global

Ilmu Pariwisata Kunci Masa Depan, STIPRAM Jadi Pusat Kolaborasi Global
Konferensi Internasional Global Tourism Science and Vocational Education di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM). (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) menyelenggarakan Konferensi Internasional Global Tourism Science and Vocational Education. Acara ini mempertemukan para akademisi, praktisi industri, dan pendidik dari seluruh dunia untuk membahas tren terbaru dan praktik terbaik dalam ilmu pariwisata dan pendidikan vokasi.

Acara ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan, ide, dan riset terkini dalam bidang pendidikan, pariwisata, ekonomi, dan vokasi untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan, kata Pranoto, akademisi di Program Doktoral Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) saat ditemui di sela acara pada Senin (6/5/2024).

Konferensi ini, lanjut Pranoto, diadakan secara hybrid. Dengan kehadiran 200 peserta secara langsung dan 58 peserta online, konferensi ini menjadi platform yang luas untuk pertukaran gagasan dan pengetahuan.

Selain itu juga menampilkan 15 pembicara yang mempresentasikan hasil penelitian terbaru dalam industri pariwisata. Juga 50 sesi breakout room telah dipersiapkan untuk memfasilitasi diskusi lebih mendalam, imbuhnya.

Acara pembukaan yang dihadiri oleh berbagai tokoh penting diantaranya Dr. H. Sandiaga Salahudin Uno, B.B.A., M.B.A (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia), Dr. Suhendroyono, SH., MM., M.Par., CHE, CGSP (Ketua STIPRAM Yogyakarta), dan Prof. Dr. Ir. Sugiarto, M.Sc (Kepala Program Doktoral STIPRAM Yogyakarta) berlangsung meriah.

Kami berharap konferensi ini tidak hanya memberikan manfaat bagi pembicara dan peserta, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam pengembangan pariwisata sebagai ilmu yang mandiri, kata dia.

Beberapa pembicara terkemuka dari dalam dan luar negeri turut hadir untuk berbagi pemikiran dan pengalaman mereka dalam bidang pariwisata dan pendidikan.

Konferensi yang akan diselenggarakan hingga 8 Mei 2024 ini diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi internasional dalam pengembangan pariwisata dan pendidikan vokasi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Suhendroyono, Kepala Sekolah Tinggi Pariwisata dan Manajemen (STIPRAM), menekankan pentingnya mengakui pariwisata sebagai sumber ilmu yang vital.

Menurutnya, sejarah mencatat peran STIPRAM sebagai pendorong pengakuan pariwisata sebagai ilmu mandiri. Hal ini didukung oleh pandangan Profesor senior dari Universitas Udayana.

Saya percaya bahwa pariwisata merupakan sumber segala ilmu, karena merupakan ciptaan Tuhan. Pariwisata tidak hanya membanggakan apa yang dimiliki, tetapi juga membuka mata terhadap potensi lain di luar negeri, seperti yang terlihat di Thailand dengan perkembangan pendidikan pariwisatanya yang mengesankan,” katanya.

Menurutnya, selama lebih dari 16 tahun, STIPRAM telah mengaplikasikan ilmu pariwisata dalam pendidikan, menghasilkan prestasi yang signifikan.

Saya melihat STIPRAM bukan hanya sebagai lembaga pendidikan di Indonesia, tetapi juga sebagai sumber ilmu pariwisata yang memiliki dampak global, tambahnya.

Sementara itu, Profesor dari Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc, yang juga mantan Wakil Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menekankan urgensi pemahaman akan keberagaman keterampilan dan pengetahuan dalam industri pariwisata.

Dalam konferensi tersebut, Pitana menyoroti bahwa kendati teknologi berkembang pesat, kemampuan manusia tetap tidak dapat sepenuhnya digantikan.

Dalam mengelola industri pariwisata, kita tidak boleh mengabaikan peran strategi dan kecerdasan manusia. Teknologi bisa membantu, tetapi tidak menggantikan kebutuhan akan pengetahuan mendalam dan keahlian yang beragam, kata Pitana.

Ia juga menambahkan bahwa pentingnya masyarakat dan pemerintah memahami pentingnya sektor pariwisata bagi perekonomian. Namun, dalam data penelitian terbaru, industri pariwisata masih tertinggal di bawah kriya, menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan perhatian terhadap industri ini.

Untuk itu, ia mendorong pemerintah untuk lebih membuka pendidikan yang secara khusus memahami industri pariwisata.

Pendidikan yang mengerti pariwisata secara menyeluruh dapat membantu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan industri ini, tutupnya. (*)