GIK Menyapa, Upaya Membuka Pintu Inovasi untuk Publik

Ada lima stage di dalamnya. Ada amfiteater, auditorium, open theater, tribune, selasar.

GIK Menyapa, Upaya Membuka Pintu Inovasi untuk Publik
GIK Menyapa pertama di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Pengelola Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi meluncurkan program "GIK Menyapa" dalam rangka memperkenalkan GIK kepada masyarakat. Kampus itu bertekad membuka pintu inovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, dari mahasiswa hingga masyarakat.

GIK yang terletak di kawasan UGM, dirancang sebagai ruang kolaborasi multidisiplin yang mempertemukan sains, teknologi, etika dan seni budaya. Meski sebagian ruang GIK masih dalam tahap penyelesaian, pengelola berkomitmen segera mengoptimalkan pemanfaatannya.

"GIK ke depan akan menjadi sebuah ruang alternatif yang menarik bagi banyak orang, karena ada lima stage di dalamnya. Ada amfiteater, auditorium, open theater dan tribune di sebelah kanan. Kemudian juga selasar," ujar Bambang Paningron, seniman sekaligus budayawan saat ditemui di sela acara GIK menyapa, Rabu (6/6/2024).

Menurutnya, selasar di sekitar GIK dapat dimanfaatkan oleh seniman-seniman dan kegiatan multifungsi yang dapat diproduksi oleh mahasiswa, masyarakat dan industri. "Konsep GIK adalah sebagai jembatan antara dunia kampus dan dunia luar," tambahnya.

Kansa Kalisha selaku Head Education GIK menambahkan, GIK Menyapa merupakan program rutin untuk memperkenalkan GIK kepada publik dan dialog lintas disiplin.

Program bermanfaat

"Kami ingin memfasilitasi pertemuan berbagai pihak dalam satu diskursus, sehingga dapat melahirkan inovasi dan program baru yang bermanfaat," jelasnya.

Pada peluncuran perdana GIK Menyapa, pihaknya mengundang CEO dari sebuah platform tiket Australia dan mempertemukannya dengan mereka yang biasa berkegiatan di bidang festival budaya. Pertemuan ini diharapkan dapat memicu kolaborasi dan gagasan-gagasan segar.

"Kegiatan ini bukan sekadar podcast tanpa penonton, tetapi ada timbal balik dan umpan balik dari mahasiswa maupun masyarakat, sehingga diskusi menjadi tepat sasaran dan presisi," tambah Kalisha.

Meskipun antusiasme tinggi, pihak pengelola GIK mengakui masih ada tantangan dalam mempersiapkan fasilitas seluas 50 ribu meter persegi itu. Koordinasi dengan pemangku kepentingan, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menghibahkan gedung, menjadi kunci utama.

Dengan GIK Menyapa UGM berharap dapat membangun keterlibatan dan hubungan yang erat dengan masyarakat, serta menjadikan GIK sebagai ruang inklusif bagi siapa saja yang ingin berkreasi dan berinovasi. (*)