Dinamika Pendidikan Tak Bisa Lepas dari Pesantren

Dinamika Pendidikan Tak Bisa Lepas dari Pesantren

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Jauh sebelum ada pendidikan formal atau pendidikan modern seperti sekarang, pondok pesantren merupakan tempat mendidik dan menempa para santri, pejuang maupun kader-kader bangsa.

Runtutnya sanad atau mata rantai keilmuan yang diwariskan para kiai membuat santri tumbuh menjadi sosok-sosok yang tangguh pada setiap zamannya. Dari catatan sejarah, tidak sedikit tokoh perjuangan kemerdekaan rata-rata pernah nyantri dan ngaji dibimbing para kiai.

Salah satunya adalah Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. “Pendidikan dari zaman dulu ada yang namanya pesantren,” ungkap Lilik Syaiful Ahmad, anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) DPRD DIY.

Sehubungan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini yang jatuh Minggu (2/5/2021), dia menyampaikan penetapan Hari Pendidikan Nasional tidak lepas dari peran tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.

Seperti diketahui, Ki Hajar Dewantara, tokoh asal Yogyakarta ini meninggalkan warisan berharga bagi dunia pendidikan nasional. Yang paling terkenal yaitu ajaran ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani.

Terjemahan bebasnya adalah seorang guru jika berada di depan harus mampu memberikan contoh yang baik. Ketika berada di tengah-tengah muridnya dia harus menciptakan ide dan prakarsa. Sedangkan apabila berada di belakang dituntut mampu memberi dorongan dan arahan.

Menurut Lilik, pada hakikatnya pendidikan adalah faktor paling menentukan bagi kemajuan suatu bangsa. Dari pendidikan pula terbentuk sumber daya manusia (SDM) yang andal.

Bahkan agama Islam sangat tegas, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim mulai dari kandungan sampai liang lahat.

Seiring dengan perkembangan dinamika pendidikan, Lilik bisa memahami semua tempat bisa dijadikan sekolah dan setiap orang adalah guru.

“Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru,” kata anggota dewan asal Kulonprogo yang pernah mondok di Pesantren Nurul Ummah Kotagede itu. (*)