Gen Z Diminta Aktif Turut Mengawasi Pemilu

Pemilu jika tanpa pengawasan akan  berbahaya, berpotensi terjadi manipulasi suara.

Gen Z Diminta Aktif Turut Mengawasi Pemilu
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Pemilih Pemula dan Urgensi Pelibatan Gen Z dalam Pengawasan Pemilu 2024 di Hotel Grand Rohan Banguntapan Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bantul menggelar acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Pemilih Pemula dan Urgensi Pelibatan Gen Z dalam Pengawasan Pemilu 2024, Jumat (26/1/2024), di Hotel Grand Rohan Banguntapan Bantul.

Generasi Z merupakan kelompok demografis yang menggantikan generasi milenial, dilahirkan pada 1990-an hingga 2010-an.

Bawaslu Kabupaten Bantul mengundang  52 peserta dari perwakilan siswa  SMA/SMK di bawah  naungan Dikmen sebanyak 30 orang serta perwakilan siswa Madrasah Aliyah (MA) se-Kabupaten Bantul di bawah naungan Kemenag Bantul berjumlah 22 orang.

Adapun narasumber Dewi Nurhasanah MA selaku Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Humas  Bawaslu Bantul .

Pada acara bertema Pengawasan Bawaslu dan Pengawasan Partisipatif, Kepala Balai Dikmen Bantul, Ismunardi MM menyampaikan materi mengenai Urgensi Gen Z Sebagai Pemilih Pemilu 2024 dan akademisi Moch Edward Trias Pahlevi MIP dengan tema Peluang dan Strategi Pengawasan Partisipatif dan Generasi Muda (Gen Z) pada Pemilu 2024.

Peserta sosialisasi pemilu yang diselenggarakan Bawaslu Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

“Tujuan kegiatan  ini untuk memberikan pemahaman kepada Gen Z agar agar menggunakan hak pilihnya dan melakukan pengawasan partisipatif. Ketika melihat adanya pelanggaran misalnya politik uang mereka tahu apa yang harus dilakukan dan alurnya seperti apa. Mereka juga bisa melakukan pemantauan saat rekapitulasi suara, tentu dengan tidak melakukan tindakan yang mengganggu di TPS,” kata Dewi.

Menurut dia, pemahaman kepada generasi muda termasuk Gen Z sangat penting. Berdasarkan data pemilih dari KPU, pemilih muda mencapai 60 persen, termasuk Gen Z.

“Pemilu jika tanpa pengawasan akan  berbahaya. Sebab berpotensi terjadi manipulasi suara, hilangnya hak pilih, adanya politik uang, politik tidak sesuai aturan, timbulnya gugatan hasil, biaya politik mahal, pemungutan suara ulang dan konflik antar pendukung calon,” katanya.

Ismunardi menambahkan generasi muda termasuk pelajar yang sudah memiliki hak bisa memastikan terdaftar sebagai pemilih. Jika belum terdaftar bisa bertanya kepada petugas dan bisa  memilih menggunakan KTP.

“Gunakan hak pilih dengan bijak karena menentukan masa depan.Jangan mudah mempercayai informasi yang beredar tapi cari  tahulah kebenarannya. Tidak jarang banyak informasi hoax beredar saat  pemilu,” katanya.

Pilihan dikembalikan kepada masing-masing dengan memperhatikan di antaranya rekam jejak dan realistis serta bijak. Yang terpenting, jangan memaksa orang lain terkait pilihan. (*)