Fatimah Kunjungi PAUD Inklusi di Desa Wunut Kecamatan Ngombol

Fatimah Kunjungi PAUD Inklusi di Desa Wunut Kecamatan Ngombol

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO--Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kabupaten Purworejo Hj Fatimah Verena Prihastyari Agus Bastian SE melakukan kunjungan di Pos PAUD Inklusi Cinta Kasih Amalia,yang berlokasi di Desa Wunut RT 02 RW 01 Kecamatan Ngombol pada Kamis (27/5/2021). Kunjungan diterima penyelenggara PAUD Nurlina Sri Andalis AMKeb, dan Ketua TP PKK Desa Wunut Sarini.

Fatimah yang juga sebagai Ketua TP PKK kabupaten tersebut, melakukan kunjungan dalam rangka melihat secara langsung pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Turut mendampingi Sekretaris TP PKK Maini Widarto, Wakil Ketua Poka II PKK Rukiana Jaka Setyanta, Kasi Dindikpora Parwati SPd, dan sejumlah pengurus PKK.

Dalam sambutannya, Fatimah mengapresiasi adanya PAUD inklusi yang lebih memfokuskan pada pendidikan anak berkebutuhan khusus. PAUD ini membutuhkan pembelajaran dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, yang tentu saja tidak semua orang mampu melakukannya.

“Maka saya bangga PAUD ini sangat membantu mendidik anak berkebutuhan khusus menjadi mandiri, disiplin, dan menjadikan anak percaya diri. ABK tidak untuk dikucilkan, jangan disembunyikan, tapi harus disuport dan diberi pendidikan yang baik sesuai dengan kemampuannya,” harap Fatimah dalam siaran pers Humas dan Protokol Sekda Kabupaten Purworejo, Kamis malam (27/5/2021) kepada koranbernas.id.

Nurlina Sri Andalis menjelaskan, PAUD inklusi pada masa pandemi Covid-19, dilakukan pembelajaran dengan pembatasan agar tidak berkerumun. Dalam satu minggu dilakukan dua kali tatap muka. Selebihnya daring yang disampaikan ke orang tuanya.

“ABK yang sekolah di PAUD inklusi ini, ada perkembangan yang bisa dilihat. Antara lain dalam 3 bulan mulai bisa penyesuaian, mau bersalaman, mau tersenyum, mau menyapa teman dan menyapa guru. Lalu pada 6 bulan terlihat sudah bisa berlatih belajar dengan menggunakan alat edukasi,” jelas Nurlina yang juga sebagai bidan Puskesmas.

Dikatakan, ABK yang lulus sudah memiliki bekal yakni memiliki kemandirian, tidak minder, dapat hdup bersosialisasi dengn lingkunganya. Untuk meneruskan sekolah di SDLB, lebih diarahkan pada skill atau keterampilan.

“Saya mendirikan PAUD inklusi ini harapannya bisa menyatukan ABK dengan anak-anak normal, supaya tidak ada pembedaan. Namun sampai saat ini, masih menemui kendala, karena ada yang belum mau belajar bersama dengan ABK,” ujar Nurlina.

Untuk memasukkan ABK ke PAUD inklusi, kata Nurlina tidak ada persyaratan khusus. Termasuk tidak membatasi peserta didik dari desa dan kecamatan lain. Sosialisasi terus dilakukan untuk mengajak orang tua yang memiliki ABK agar memberikan kesempatan mendapatkan pendidikan, utamanya pada tingkat dasar di PAUD. Jumlah murid ABK ada 6 orang dari Ngombol dan Grabag, sedangkan jumlah guru pendidik 2 orang.

Maini Widarto mengatakan, PAUD inklusi Cinta Kasih Amalia ini bisa menginspirasi yang lain bahkan penyelenggara PAUD nantinya dapat menyampaikan program PAUD inklusi kepada Ketua TP PKK-Ketua TP PKK. (*)