eSIM Smartfren, Cara Mudah Aktifkan Nomor Telepon
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- PT Smartfren Telecom Tbk (Smartfren) saat ini menjadi satu-satunya provider yang mengusung teknologi eSIM ke Indonesia. Dengan teknologi ini calon pengguna tidak perlu susah mengaktifkan nomor telepon baru. Mereka dengan mudah melakukan aktivasi hanya dengan memindai QR Code.
Di sela-sela gathering dengan awak media di Yogyakarta, Regional Head Smartfren Jateng dan DIY, Joseph Marthinus Gultom, sempat berbagi cerita dan alasan mengapa pihaknya mengusung teknologi ini ke Indonesia.
“Dari sisi market atau pasar, jelas sangat kecil. Sebab teknologi ini hanya membidik segmentasi pengguna telepon pintar level tinggi dengan kisaran harga belasan juta,” kata Joseph, Kamis (26/3/2021).
Menurut dia, bukan kali ini saja pihaknya mengusung teknologi eSIM ke Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar seiring masuknya iPhone 11 series. Operarator ini sebelumnya juga sudah mengenalkan e-SIM untuk deretan iPhone X, iPhone XR dan iPhone XS Max.
Teknologi eSIM, kata Joseph, memungkinkan SIM ditanam dan diprogram dalam sebuah perangkat, tidak terbatas pada telepon pintar semata. Tidak seperti Sim card biasa yang dapat dilepas dan dipindah ke device lain, eSIM akan dipatri pada papan sirkuit sebagai bagian dari proses manufaktur suatu perangkat.
Dibanding SIM card fisik, penggunaan eSIM menawarkan kemudahan registrasi. Dalam satu eSIM juga dapat dipasangkan hingga 14 nomor telepon sekaligus.
“Secara share kebutuhan eSIM hanya sekitar 5 persen dari pasar kami terutama di kota-kota utama seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, Semarang, Makassar dan Medan,” katanya.
Saat ini pihaknya hanya akan memperkuat edukasi dan mengenalkan teknologi eSIM ini di kota-kota dimaksud.
Miliki kelebihan
Joseph mengungkapkan, secara kebutuhan atau kekuatan teknologi eSIM tidak ada bedanya dengan SIM card biasa.
Teknologi ini memiliki kelebihan lantaran secara penggunaan jauh lebih praktis. Untuk mengaktifkan kartu, pelanggan cukup scan XR barcode dari eSIM. Ketika sudah di- scan eSIM akan langsung terintegrasi pada sistem device yang ada.
“Jadi secara sinyal dan jaringan tidak ada bedanya. Kita sudah pakai 4G, pakai e-SIM ataupun SIM card fisik nggak masalah,” terang Joseph.
Saat ini, secara keseluruhan pengguna eSIM di DIY dan Jawa Tengah belum mencapai 1 persen dari total pelanggan Smartfren.
Hal ini bisa dipahami, sebab secara data masyarakat di wilayah ini hanya memiliki kemampuan pembelanjaan telepon pintar kisaran harga Rp 3,4 juta. Sedangkan perangkat yang mendukung pemakaian eSIM rata-rata dibanderol lebih dari Rp 12 juta.
“Tapi karena ini kebutuhan teknologi, kita tetap membawanya ke Indonesia. Apalagi bukan mustahil ke depan semua perangkat akan mengadopsi teknologi ini. Jadi manakala saat itu tiba, kita sudah lebih dulu siap,” katanya. (*)