Dirjen Dikti Bicara, Perlu Peran Masyarakat Cegah Mahasiswa Bunuh Diri Akibat Gangguan Mental

Jangan dikit-dikit pakai motor, hanya pindah gedung aja kita biasanya pakai motor.

Dirjen Dikti Bicara, Perlu Peran Masyarakat Cegah Mahasiswa Bunuh Diri Akibat Gangguan Mental
Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Prof Nizam. (muhammad zukhronnee muslim /koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Meskipun konsep kampus aman, nyaman dan sehat telah diusung oleh Mendikbudristek, namun masih ada kasus kematian mahasiswa di Yogyakarta akibat gangguan mental.

Hal ini menjadi perhatian publik dan mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan upaya pencegahan kasus bunuh diri (budir) di kalangan mahasiswa.

Menanggapi hal tersebut, Prof Nizam selaku Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek, menekankan pentingnya peran masyarakat mewujudkan kampus yang aman.

"Masyarakat perlu menerima mahasiswa yang datang dari luar kota sebagai anaknya sendiri," ujarnya di sela Edufair sekaligus Soft launching Pandawa (Portal Layanan Satu Data) L2DIKTI Wilayah V Yogyakarta, Minggu (8/10/2023).

Menurut dia, aktivitas organisasi di kampung juga penting untuk membangun sosial, kedewasaan, tanggung jawab dan kepemimpinan. Mahasiswa harus berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti kerja bakti, untuk memperkuat hubungan dengan masyarakat sekitar. Ini juga dapat mendukung kesehatan psikologis.

ARTIKEL LAINNYA: Dubes Perancis untuk Indonesia Berkunjung ke ISI Yogyakarta

Di Yogyakarta, sekitar 60 persen mahasiswanya berasal dari luar provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa Yogyakarta merupakan kota yang menjadi tujuan pendidikan bagi banyak orang dari berbagai daerah.

"Untuk itu, perlu ada upaya dari berbagai pihak mewujudkan Yogyakarta sebagai tempat yang aman, nyaman, dan sehat bagi pendidikan," tambahnya.

Nizam juga menyoroti sisi finansial yang bisa menjadi salah satu penyebab. Literasi finansial sangat penting agar mahasiswa tidak terjerat oleh pinjaman online yang berbahaya. Belanja harus sesuai dengan kemampuan, dan tidak boleh terjebak dalam gaya hidup konsumtif.

"Sederhana sekali jangan belanja melampaui kemampuan, Jika kiriman uang Rp 1 juta ya belanjanya harus separuh dari itu, atau sepertiga dari jumlah tersebut dan sebagainya," ujarnya.

Kampus, lanjut Nizam, harus bebas dari kekerasan, baik fisik maupun verbal. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan peraturan dan sanksi yang tegas terhadap pelaku kekerasan.

ARTIKEL LAINNYA: Mahasiswa DIY Siap Menjadi Solusi Permasalahan Bangsa

Keberagamaan juga perlu dihormati dan diapresiasi, tanpa mengabaikan keberagaman lain dalam kampus. Kualitas spiritual dapat memperkuat kesehatan jasmani dan rohani kita. Selain itu, lingkungan kampus harus hemat sumber daya, seperti listrik dan air, serta bersih.

"Jangan dikit-dikit pakai motor, hanya pindah gedung aja kita biasanya pakai motor," kata dia.

Dengan demikian, ada upaya membangun kampus yang aman, sehat, dan nyaman bagi semua anggota sivitas akademika untuk beraktivitas dan mengembangkan prestasi.

"Ini penting karena banyak mahasiswa yang datang dari luar kota, dan mereka perlu merasa diterima sebagai bagian dari komunitas kampus," tandasnya. (*)