Covid-19 Bagai Parasit untuk Negara Indonesia
AWAL tahun 2020, dunia dikejutkan dengan datangnya pandemi baru yang disebabkan oleh virus Covid-19. Pada awalnya di China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya belum diketahui. Setelah melakukan beberapa kali riset laboratorium, ditemukanlah bahwa penyebab dari penyakit tersebut adalah virus menyerupai sindrom penapasan akut parah. Kasus Covid-19 ini semakin menyebar luas dari yang awalnya hanya menyebar di negara China, sekarang sudah menyebar ke penjuru dunia.
Peningkatan kasus Covid-19 seiring berjalannya waktu semakin menjatuhkan banyak korban. Dari yang hanya beberapa orang saja, sekarang menjadi beribu-ribu orang yang terinfeksi virus Covid-19 ini. Beberapa akses penerbangan di berbagai negara pun sampai akhirnya ditutup demi memutus mata rantai Covid-19 ini. Akhirnya, WHO mengumumkan darurat kesehatan masyarakat global pada tanggal 30 Januari 2020. Beberapa waktu kemudian, WHO mengumumkan virus baru ini disebut ”Covid-19”. Penyebaran Covid-19 nyatanya sudah menyebar hingga ke negara Indonesia. Berdasarkan sumber yang ada penyebaran Covid-19 pertama yang ada di Indonesia diduga dibawa oleh salah satu WNA Jepang yang sempat mengunjungi temannya yang ada di Indonesia. Dan benar, WNA tersebut ternyata terjangkit virus Covid-19 ini. Lalu setelah di-tracking siapa saja yang telah melakukan kontak dengannya, di antaranya ada salah satu warga Indonesia.
Sejak kasus pertama diumumkan, angka yang terjangkit positif Covid-19 mulai mengalami peningkatan. Angkanya dinilai cukup besar, padahal sejak kasus pertama setidaknya baru sebulan Covid-19 ini masuk ke Indonesia. Maka dari itu, pemerintah mulai memberi peringatan ke seluruh daerah di Indonesia untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari dan Presiden Joko Widodo mulai menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang biasa disingkat dengan PSBB. Berbagai fasilitas umum mulai banyak yang ditutup contohnya yaitu sekolah, stasiun, terminal dan beberapa fasilitas umum lainnya yang memungkinkan masyarakat untuk berkerumun.
Masyarakat dianjurkan untuk mematuhi protokol kesehatan apabila akan berpergian keluar rumah. Selalu memakai masker, menjaga jarak satu dengan yang lain dan rajin mencuci tangan serta membersihkan diri apabila setelah berpergian. Akan tetapi, pemerintah menganjurkan yang berpergian keluar rumah hanya yang memiliki kepentingan mendesak. Apabila tidak mendesak, tidak dianjurkan untuk berpergian keluar rumah.
Apa saja dampak dari pandemi yang berkepanjangan ini? Yang paling terlihat yaitu dari sektor ekonomi. Kegiatan ekspor dan impor terhambat, terjadi PHK besar-besaran di berbagai perusahaan, pasar-pasar mulai ditutup yang mengakibatkan matinya kegiatan ekonomi untuk para pedagang. Untuk sektor pendidikan juga mengalami berbagai dampak, semua kegiatan pembelajaran mau tidak mau semuanya dilakukan secara daring. Banyak yang mengeluhkan dari kegiatan pembelajaran daring ini, misalnya adanya kendala jaringan dan tidak semua masyarakat memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk menjalani kegiatan pembelajaran daring.
Selain itu, kondisi psikis masyarakat juga mulai terganggu sejak pandemi ini. Banyak yang mengalami stress berat hingga depresi karena misalnya terkena di-PHK. Para pelajar pun juga mengalami hal yang sama, mereka merasakan stress karena kegiatan pembelajarannya dinilai tidak efektif. Orang-orang juga merasakan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebih, kapan berakhirnya pandemi ini, kapan bisa hidup normal kembali dan bisa bertemu dengan kerabat dekatnya.
Karena stress yang berat bahkan sampai depresi, bisa membuat seseorang menjadi insomnia. Sejak pandemi ini juga banyak sekali ditemukan kasus perceraian yang terjadi pada pasangan suami istri, yang tentunya akan berdampak terganggunya kondisi psikis dari anak mereka atau diri mereka sendiri. Gejala obsesif implusif juga bisa muncul akibat kebiasaan masyarakat yang berupa memproteksi secara berlebihan terhadap diri maupun keluarganya. Misalnya dengan mencuci tangan berulang kali, membersihkan rumah dan lingkungan secara terus-menerus.
Ditambah lagi kasus yang positif terkena Covid-19 selalu bertambah setiap hari, yang membuat kita selalu bertanya-tanya kapankah pandemi ini akan berakhir? Masyarakat sudah ingin kembali ke kehidupan yang normal seperti semula. Tetapi pada kenyataannya, banyak masyarakat yang ternyata mulai melanggar protokol kesehatan. Masyarakat menilai bahwa Covid-19 ini sudah hilang, sehingga mereka terkadang mengabaikan protokol kesehatan yang seharusnya dipatuhi demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Yang lebih ironi lagi adalah banyak masyarakat yang menganggap Covid-19 adalah hal yang sepele, tidak perlu dipercayai keberadaannya. Seakan-akan pandemi ini hanya penyakit biasa. Iya, virus ini memang tidak terlihat, tetapi alangkah baiknya tetap menjaga diri sendiri agar tidak terinfeksi virus yang mematikan ini. Seharusnya orang-orang bisa menggunakan logikanya, kalau ini memang sekadar virus biasa, mengapa bisa merenggut beribu-ribu bahkan berjuta-juta nyawa orang di dunia ini dalam waktu yang singkat? Selain masyarakat biasa, para tenaga kesehatan juga banyak yang terinfeksi Covid-19, bahkan tidak sedikit yang sampai meninggal dunia. Saya harap dengan ditulisnya artikel ini, bisa lebih membuka mata hati masyarakat untuk tetap berhati-hati, demi keselamatan dirinya maupun orang lain agar Indonesia maupun dunia bisa hidup normal kembali seperti dahulu kala. *
Faizah Nur Indriani
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Prodi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan