Lika-liku Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19

Lika-liku Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19

SAAT ini tengah gempar wabah coronavirus atau yang biasa disebut Covid-19. Coronavirus itu sendiri adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat. Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gelaja umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernafasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi berkisar 5- 6 hari, dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. WHO telah menetapkan tanggal 30 Januari 2020 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Wahyu., 2020).

Covid-19 pertama di Indonesia dilaporkan  pada tanggal 2 Maret 2020 dengan 2 kasus yang terkonfirmasi. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara(Susilo., 2020)

Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di dunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Untuk melawan Covid-19, pemerintah telah melarang untuk berkerumun, melakukan pembatasan sosial (social distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai masker dan selalu cuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau online (Firman, F., & Rahayu, S., 2020).

Bentuk perkuliahan yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi Covid-19 adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran(Alif, S., & Afreni, H., 2020).

Pada tataran pelaksanaanya pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Adapun beberapa macam aplikasi yang digunakan selama pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 di antaranya adalah google classroom, whatsapp, meet, zoom, schoology, dan lain sebagainya. Aplikasi tersebut, dapat memudahkan dosen dan mahasiswa dalam melakukan sistem pembelajaran daring. Namun pembelajaran daring ini masih memiliki banyak kendala seperti gangguan sinyal, kuota internet yang kurang memadai, dan lain sebagainya (pustaka bergerak.id)

Pembelajaran jarak jauh juga masih kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini disebabkan karena mahasiswa yang mempelajari ilmu eksakta akan sulit memahami konsep-konsep ilmu eksakta dengan baik dan benar, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk mahasiswa yang mempelajari ilmu tersebut, terutama pada bidang ilmu biologi, kimia, fisika, dan matematika. Bukan hanya kesulitan dalam memahami konsep, tetapi juga mahasiswa yang seharusnya melakukan praktikum justru menjadi terhambat. Namun beberapa perguruan tinggi ada yang menerapkan praktikum secara online melalui aplikasi atau website yang tersedia. Ada juga yang menerapkan dengan menganalisis video-video yang terdapat di internet. Hal tersebut tentu saja masih kurang maksimal, karena tidak dapat mempraktikkan secara langsung (pustaka bergerak.id)

Di samping hal itu, pembelajaran jarak jauh masih menimbulkan masalah yang terjadi pada mahasiswa. Pada kenyataannya mahasiswa mengeluhkan materi yang belum dijelaskan sampai selesai dan justru diberikan tugas yang lebih banyak. Bahkan untuk mahasiswa yang berada di pedesaan terkadang mengalami gangguan sinyal, sehingga ketika dosen menjelaskan materi melalui video call tidak terdengar dengan jelas. Begitu juga ketika melakukan ujian online, masih banyak mahasiswa yang mengalami kendala sinyal. Hal ini mengakibatkan hasil nilai ujian tidak maksimal. Adanya pembelajaran online juga berdampak pada kuota internet yang digunakan semakin banyak. Subsidi kuota yang diberikan oleh masing-masing perguruan tinggi juga tidak mendukung untuk aplikasi yang digunakan oleh dosen. Hal ini dikarenakan subsidi kuota yang diberikan mencakup aplikasi tertentu yang sudah ditentukan oleh pihak provider (pustaka bergerak.id)

Pembelajaran jarak jauh tidak hanya memiliki kekurangan tetapi juga memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah mahasiswa dapat belajar di rumah dengan santai, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga tanpa harus keluar rumah. Mahasiswa menjadi mahir dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Mahasiswa dapat mempelajari materi yang diberikan oleh dosen dengan mudah, bahkan bisa diakses kapanpun dan di manapun. Komunikasi antar-mahasiswa dan keluarga pun terjalin lebih baik, karena mereka mempunyai waktu berkumpul lebih banyak. Dengan adanya pembelajaran daring ini, diharapkan dapat meminimalisir penyebaran virus, sehingga dapat memutuskan rantai penularan Covid-19 (pustaka bergerak.id). *

Adelia Iriana Putri

Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.