Buku Lacak Jejak Teater Yogyakarta Diluncurkan

Sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan teater di Yogyakarta.

Buku Lacak Jejak Teater Yogyakarta Diluncurkan
Simbolis penyerahan buku Lacak Jejak Teater Yogyakarta dari Kepala TBY kepada seniman Meritz Hindra. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebuah buku berjudul Lacak Jejak Teater Yogyakarta baru-baru ini diluncurkan, menyoroti perjalanan teater di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun 1950 hingga 1970. Penulisnya adalah para pelaku seni teater berpengalaman termasuk Budi Sardjono, R Toto Sugiharto, Khocil Birawa, A Junianto dan Odi Shalahudin.

Yang membuat buku ini benar-benar menonjol yaitu relevansinya bagi generasi muda pelaku teater, berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan teater di Yogyakarta serta menghubungkan tradisi teater yang kaya dengan aspirasi dan inovasi generasi baru.

Generasi muda pelaku teater, seperti Elyandra Widharta, menemukan nilai yang tak ternilai di dalam buku ini. Baginya,Lacak Jejak Teater Yogyakarta bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga sumber inspirasi dan panduan masa depan.

Menurutnya Lacak Jejak Teater Yogyakarta bisa menjadi pelengkap atas buku serupa yang sudah terbit sebelumnya.

ARTIKEL LAINNYA: Hadiri Parade Gangsa, Sultan HB X: DIY Kekurangan Empu Gamelan

"Jelas sangat penting, khususnya bagi orang-orang seperti generasi saya ini, generasi 1990-an. Dengan begitu, kami ini bisa meneladani dan menjaga spirit berteater seperti yang telah dilakukan para pelaku teater sebelum kami," kata Elyandra sebagai salah seorang pembicara launching buku tersebut, Selasa (28/11/2023).

Salah seorang penulis buku, Suroso Khocil Birowo, menekankan tentang perjalanan teater di DIY pada medio 1950-1970, sebuah era di mana teater masih belum tersentuh digital dan tata artistik masih belum seperti anak-anak sekarang.

"Buku ini tidak hanya berfokus pada masa lalu, tetapi juga melihat ke depan, dengan rencana untuk edisi kedua yang akan mencakup perkembangan teater dari tahun ke tahun," ujarnya.

Budi Sardjono sebagai salah seorang penulis buku Lacak Jejak Teater Yogyakarta menambahkan, buku ini dibagi berdasarkan periodisasi.

ARTIKEL LAINNYA: Wayang Masuk Sekolah, Penanaman Nilai Seni dan Budaya Sejak Dini

Saat penulisan periode tahun 50an, dia mencari narasumber untuk mendapatkan keterangan tentang bagaimana mereka mendokumentasikan pentas teater. Ini menjadi tantangan tersendiri.

"Dokumentasi pada masa itu merupakan hal yang mahal. Untuk mendapatkan satu potret, mereka harus memesan jasa fotografer profesional yang harganya cukup tinggi. Kemungkinan hanya orang-orang yang memiliki modal yang cukup yang mampu memiliki dokumentasi foto," kata dia.

Situasi serupa diakui Budi saat dia aktif berkesenian pada tahun 1974. Saat itu, mereka hanya berani memotret dan melihat negatif karena keterbatasan dana.

Ada keberuntungan tersendiri ketika perkembangan teater pada tahun 60-an diketahui oleh Ny Ning, istri dari Soebakdi Soemanto.

ARTIKEL LAINNYA: Pasar Kreatif Laris Manis Jadi Wadah Apresiasi Seni

"Ning adalah seorang alumnus Stella Duce Kotabaru yang aktif dalam dunia teater sejak kelas satu SMA. Ingatannya mengenai teater pada masa tersebut sangat detail," tambahnya.

Kegiatan ini kemudian dilihat oleh Rendra, seorang tokoh teater terkenal, yang kemudian mulai melirik anak-anak SMA bermain teater. Ini menjadi awal mula perkembangan teater di kalangan anak muda.

Kepala Kundha Kabudayan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyatakan Yogyakarta adalah gerbang perkembangan teater kontemporer di Indonesia dan bisa dikatakan sebagai kawah candradimuka bagi setiap insan yang bergelut di dunia seni pada umumnya dan teater khususnya.

Menurut dia, pertumbuhan dan perkembangan teater di Yogyakarta menunjukkan produktivitas dengan kelahiran sejumlah komunitas atau kelompok teater. Sejumlah aktor pun lahir, tumbuh dan berkembang selain pula sebagai pendukung produksi yang bekerja di belakang panggung.

ARTIKEL LAINNYA: Christine Hakim Peroleh Penghargaan Khusus JAFF 2023

"Dalam perjalanan kreatif berikutnya, sebagian dari mereka hijrah ke Jakarta meraih kesuksesan serta memelopori dan mewarnai dunia teater modern Indonesia," jelasnya.

Buku Lacak Jejak Teater Yogyakarta merekam dan merekonstruksi informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan teater Yogyakarta selama 50 tahun, dimulai era 1950-an hingga 2000-an. Kenyataan tersebut menunjukkan adanya dinamika kehidupan teater dalam rentang setengah abad.

"Buku ini diharapkan memperkaya khazanah pustaka tentang pertumbuhan dan perkembangan teater di Yogyakarta dalam rentang masa 50 tahun. Selain itu, bisa menjadi dokumen tertulis ihwal pertumbuhan dan perkembangan teater Yogyakarta," tambahnya.

Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Purwiati, juga memberikan apresiasi. Para penulis yang merupakan pelaku seni teater punya semangat yang patut diacungi jempol. Tidak semua tulis tertampung.

"Sebagian tulisan yang tidak bisa diluncurkan saat ini, akan diluncurkan pada buku seri kedua pada 2024," jelasnya.

Dengan demikian, Lacak Jejak Teater Yogyakarta bukan hanya sebuah buku sejarah, tetapi juga sebuah manifesto untuk masa depan teater di Yogyakarta.

Ini adalah bukti bahwa, meskipun teater telah berkembang dan berubah sepanjang waktu, semangat dan dedikasi para pelaku teater tetap kuat dan hidup dari generasi ke generasi. (*)