Hadiri Parade Gangsa, Sultan HB X:  DIY Kekurangan Empu Gamelan

Hibah gamelan pertama kali diberikan ke Korem 072/Pamungkas pada tahun 2016.

Hadiri Parade Gangsa, Sultan HB X:  DIY Kekurangan Empu Gamelan
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan sambutan saat menghadiri Parade Gangsa di Plaza Monumen SO 1 Maret Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sejak gamelan ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 15 Desember 2021, Pemda DIY terus berupaya melaksanakan pelestarian dan pengembangan seni budaya warisan nenek moyang itu.

Namun demikian, upaya tersebut masih terbentur sejumlah kendala, salah satunya DIY masih kekurangan empu gamelan.

“Terlepas dari berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan terkait pelestarian, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi keterbatasan jumlah empu, lamanya proses pembuatan gamelan dan kurangnya antusiasme generasi muda terhadap gamelan masih kita hadapi di DIY,” ungkap Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY, saat menghadiri sekaligus membuka event Parade Gangsa, Senin (27/11/2023) malam, di Plaza Monumen SO 1 Maret Yogyakarta.

Menurut Sultan HB X, gamelan sejatinya merupakan salah satu ekspresi budaya dan sarana membangun koneksi antara manusia dengan alam semesta. Gamelan yang dimainkan secara orkestra mengajarkan tentang harmoni yang merupakan kunci penting bagi kehidupan.

Kemeriahan Parade Gangsa di Plaza Monumen SO 1 Maret. (istimewa)

“Saat berbicara tentang urgensi pelestarian gamelan sebagai warisan budaya, kita sesungguhnya sedang berbicara tentang nilai atau value bukan tentang artefak,” jelasnya.

Menurut Gubernur, semua sudah sangat paham bahwa tujuan pembangunan kebudayaan di DIY untuk melindungi dan mengembangkan kebudayaan sekaligus memperkuat identitas atau jadi diri masyarakat.

Selain itu, juga memanfaatkan kebudayaan sebagai potensi ekonomi kreatif yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.

“Kaitannya dengan pengakuan UNESCO serta tujuan pembangunan kebudayaan DIY, permasalahan kurangnya antusiasme yang salah satu penyebabnya adalah tak kenal maka tak sayang, sesungguhnya ini  ironis,” lanjutnya.

Sesi foto bersama pimpinan instansi Forkompimda dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X. (istimewa)

Di sinilah nilai penting diselenggarakannya Parade Gangsa. Sultan HB X mengajak seluruh elemen di DIY termasuk Forkompimda bekerja sama merealisasikan tujuan pembangunan kebudayaan di DIY dengan seni gamelan sebagai mediumnya.

Dalam kesempatan itu, atas nama Pemda DIY Sultan HB X menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam acara ini. Harapannya, semua pihak terkait menyadari sepenuhnya bahwa Parade Gangsa tidak berhenti pada level output.

“Ada outcome yang ingin diraih yaitu filosofi atau value yang diusung oleh gamelan dapat senantiasa hidup sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jati diri kita. Mari kita sadari sepenuhnya bahwa tanggung jawab kita belum selesai, selama outcome atau tujuan besar tadi belum tercapai,” kata Gubernur.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menambahkan berbagai tahapan pemeliharaan dan pengembangan gamelan salah satunya dilakukan oleh Pemda DIY. Melalui Dinas Kebudayaan DIY diserahkan hibah fasilitasi gamelan kepada beberapa instansi khususnya Forkompimda DIY.

ARTIKEL LAINNYA: Tujuh Kontingen Siap Tampil, Parade Gangsa di Monumen SO 1 Maret

Hibah gamelan pertama kali diberikan ke Korem 072/Pamungkas pada tahun 2016, berikutnya kepada Kejaksaan Tinggi DIY (2020), kepada AAU pada tahun 2021, Kanwil Kemenkumham DIY khususnya Lapas Kelas IIB Wonosari (2021), Pangkalan TNI Angkatan Laut Yogyakarta (2022) dan kepada Polda DIY pada tahun 2023.

“Instansi-instansi inilah yang menjadi pemain Parade Gangsa kali ini. Masing-masing tim seni berjumlah 20 orang,” jelasnya.

Menurut Dian, ada hal yang menarik yaitu para pelaku seni khususnya dari Kemenkumham selain berasal dari ASN (Aparatur Sipil Negara) juga narapidana dan klien pemasyarakatan Lapas Kelas IIB Wonosari.

“Ini menunjukkan hibah gamelan dari Pemda DIY tidak hanya dipakai oleh ASN semata, tetapi mampu menjadi ajang kreativitas para narapidana binaan,” tambahnya.

ARTIKEL LAINNYA: Christine Hakim Peroleh Penghargaan Khusus JAFF 2023

Sebelum tampil, masing-masing tim berlatih maksimal dengan dukungan fasilitasi pelatih dari Dinas Kebudayaan DIY lima kali pertemuan.

Adapun gendhing yang dimainkan yaitu gendhing wajib Nuswantara bersama Komunitas Gayam 16. Sebelumnya, masing-masing tim tampil bergiliran membawakan satu gendhing pilihan yaitu Semangat Juang 45, Sabda Proklamasi dan Kuwi Apa Kuwi.

Parade Gangsa selain memperoleh sambutan dari para pecinta gamelan, juga menyita perhatian wisatawan yang kebetulan berada di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Terlihat mereka terkesima menyaksikan acara itu. Ada yang berdiri dari balik pagar maupun duduk santai dari kejauhan.

Dengan tata panggung dan tata lampu yang menarik, acara tersebut juga dimeriahkan pentas tari Golek Ayun-ayun dari Sanggar Tri Kaloka.

Yang pasti, event seni budaya ini mampu meningkatkan kecintaan terhadap seni budaya gamelan gaya Yogyakarta, termasuk pada tiap-tiap instansi Forkompimda. (*)